Hubungan keduanya lumayan mereda saat pemilihan umum (pemilu) 2010, Viktor Yanukovych terpilih menjadi Presiden Ukraina.
Yanukovych adalah seseorang yang didukung oleh Rusia dan menginginkan Ukraina lebih dekat dengan Moskwa (ibu kota Rusia).
Baca juga: Hubungan AS-Rusia Memanas, Begini Perbandingan Militer Keduanya
Ukraina dilanda krisis dengan merebaknya protes di ibu kota Kiev, pada November 2013.
Kala itu, massa menentang keputusan Yanukovych yang menolak kesepakatan integrasi ekonomi yang lebih besar dengan Uni Eropa.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kepemimpinan Yanukovych cenderung dekat dengan Rusia. Inilah yang menjadikan ia menolak integrasi ekonomi Uni Eropa.
Setelah tindakan keras oleh pasukan keamanan, massa unjuk rasa justru bertambah dan konflik pun semakin meningkat.
Baca juga: Qasem Soleimani, Mundurnya AS dan Polemik Jatuhnya Pesawat Ukraina di Iran...
Puncaknya adalah pada Februari 2014, saat parlemen Ukraina melengserkan Yanukovych dari jabatannya.
Pelengseran Yanukovych menyebabkan konflik dalam pemerintahan Ukraina. Pemerintahan terbagi menjadi dua kubu, yakni pendukung Uni Eropa dan pendukung Rusia.
Pendukung Uni Eropa berasal dari masyarakat dan politisi Ukraina daratan, sedangkan pendukung Rusia berasal dari masyarakat dan politikus Krimea, sebuah semenanjung di kawasan Laut Hitam.
Baca juga: Selain Pesawat Ukraina, Berikut Deretan Pesawat Sipil yang Jatuh akibat Rudal
Awal 2014, Krimea meminta bantuan Rusia untuk menyelesaikan konflik di dalam negerinya.
Pemerintah Rusia pun menerima permintaan tersebut dan mengirimkan pasukannya untuk menduduki Krimea.
Hal tersebut Rusia lakukan lantaran letak geopolitik Krimea yang strategis dan bisa dimanfaatkan Rusia untuk memperkuat pengaruh di kawasan Eropa Timur dan Timur Tengah.
Melihat campur tangan Rusia atas konflik dalam negeri Ukraina, Uni Eropa pun mengecam.
Baca juga: Jalan Panjang Brexit, Keluarnya Inggris dari Uni Eropa...