KOMPAS.com - Indonesia pernah menggunakan pesawat Cureng pada awal Kemerdekaan Indonesia, saat digunakan untuk menumpas pemberontokan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun.
Dilansir dari tni-au.mil.id, Cureng merupakan pesawat peninggalan Jepang yang paling banyak dibandingkan dengan pesawat lainnya.
Dalam menumpas pemberontakan PKI di Madiun pada September 1948, pesawat Cureng mendapat tugas menyebarkan pamflet kepada masyarakat agar tidak mengikuti pemberontakan PKI dan mendukung pemerintah untuk membasminya.
Untuk mengabadikan dan mengenang kiprah pesawat Cureng, pada 1977 diabadikan di Museum TNI Satria Mandala Pusjarah TNI.
Pada 26 Oktoober 2017, bertepatan dengan perayaan HUT Koharmatau, pesawat Cureng diabadikan setelah direstorasi menjadi koleksi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala.
Lantas, seperti apa spesifikasi pesawat Cureng?
Cureng merupakan nama lokal Indonesia.
Dalam bahasa Jepang, pesawat buatan Nippon Hikoki KK tahun 1933 ini dikenal dengan sebutan Yokusuka K5Y (Shinsitei).
Cureng tergolong pesawat kecil bermesin tunggal. Pesawat ini diproduksi sebanyak 5.591 buah.
Baca juga: Spesifikasi dan Cerita dari Pesawat Tempur F-5 Tiger TNI AU, Sang Macan Penjaga Kedaulatan NKRI
Beberapa buah di antaranya digunakan untuk pasukan penyerang "kamikaze" meskipun sebenarnya pesawat ini dibuat untuk pesawat latih lanjut.
Pesawat Cureng bersayap dua (atas dan bawah) dengan dua tempat duduk (depan belakang).
Kokpit tanpa kanopi penutup atas sehingga bagian kepala dan dada penerbang kelihatan jelas dari luar.
Pesawat Cureng menggunakan motor radial dingin angin Teppo dengan kekuatan 350 horse power. Pesawat Cureng memiliki kecepatan jelajah 157 kilometer per jam.
Baca juga: Spesifikasi dan Cerita dari Pesawat Tempur F-5 Tiger TNI AU, Sang Macan Penjaga Kedaulatan NKRI
Di Indonesia, sebanyak 50 buah pesawat Cureng, saat itu hanya ditemukan di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta.
Untuk memastikan kondisi pesawat, didatangkan teknisi dari Pangkalan Udara Andir, Bandung.