Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Dokter Soeharto, Dokter Pribadi Bung Karno yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Kompas.com - 22/02/2022, 20:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengusulkan dokter Soeharto untuk menjadi pahlawan nasional.

Menurutnya, sosok dokter Soeharto lebih dari layak, lantaran perannya yang luar biasa bagi bangsa Indonesia.

“Kalau menurut saya itu tidak hanya layak, layak banget karena perannya yang sangat luar biasa,” kata Ganjar saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Pengusulan Pahlawan Nasional dr Soeharto, Selasa (21/2/2022), dikutip dari Kompas.com.

Lalu, siapa dokter Soeharto dan bagaimana rekam jejaknya?

Baca juga: Dokter Soeharto, Dokter Pribadi Soekarno-Hatta, Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Profil dokter Soeharto

Mayor Jenderal Kehormatan Dr. dr. R. H. Soeharto Sastrosoeyoso lahir di Tegalgondo, Solo, Jawa Tengah pada 24 Desember 1908.

Semasa hidupnya, dokter Soeharto memiliki kedekatan spesial dengan presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta.

Bahkan, sejak 1942, dirinya didapuk menjadi dokter pribadi kedua proklamator tersebut.

Tak heran, jika dokter Soeharto menjadi saksi hidup dari berbagai peristiwa penting yang memengaruhi kondisi bangsa saat itu.

Ia juga menuliskan pengalamannya mengikuti jejak dwitunggal dalam sebuah buku berjudul "Saksi Sejarah".

Baca juga: Profil Presiden Pertama RI: Soekarno

Berperan besar dalam pendirian IDI

Dikutip dari Kompas.com, Soeharto adalah sosok yang memfasilitasi pertemuan antara Perkumpulan Tabib Indonesia dan Perkumpulan Dokter Indonesia di rumahnya, kawasan Kramat, Jakarta Pusat.

Perkumpulan tersebut merupakan cikal bakal berdirinya Ikatan Dokter Indonesia atau IDI pada 24 Oktober 1950.

Kata “ikatan” dalam Ikatan Dokter Indonesia juga merupakan hasil usulan dari dokter Soeharto.

Baca juga: 7 Pemimpin Negara yang Berkuasa Paling Lama, Soeharto Nomor Berapa?

Pelopor PKBI

Dilansir dari laman PKBI, pada tahun 1953, Soeharto bersama sekelompok masyarakat sipil dari berbagai golongan, khususnya pekerja kesehatan, berkumpul dan mulai menginisiasi program keluarga berencana (KB).

Keluarga berencana atau KB adalah program untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera, dengan membatasi kelahiran.

Berdirinya KB didasari oleh melonjaknya angka kematian ibu dan bayi baru lahir pasca-kemerdekaan.

Penyebabnya adalah beberapa faktor, seperti minimnya akses fasilitas kesehatan bagi ibu dan anak, serta pengetahuan kesehatan masyarakat kala itu yang masih rendah.

Jasa dokter Soeharto sebagai penggiat KB juga terlihat dari diskusinya bersama dengan anggota International Planned Parenthood Federation (IPPF), Dorothy Brush dan Direktur Margaret Sanger Research Institute New York, Abraham Stone.

Diskusi tersebut menjadi tonggak berdirinya Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) pada tanggal 23 Desember 1957.

Sebagai pelopor, dokter Soeharto juga menjabat sebagai Ketua PKBI pertama.

Baca juga: Profil dan Harta Kekayaan Andi Widjajanto, Gubernur Lemhannas yang Baru

Peran dalam lingkup pemerintahan

Dikutip dari bukunya yang berjudul "Saksi Sejarah", dokter Soeharto beberapa kali memiliki peran penting dalam lingkup pemerintahan Indonesia.

Masa awal kemerdekaan, Soeharto berperan sebagai bendahara yang mengelola dana penyelenggaraan pemerintahan.

Kala itu, lembaga-lembaga negara belum sepenuhnya fungsional seperti saat ini.

Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Tak hanya itu, dirinya menjadi salah satu pendiri bank pertama di Indonesia, yakni Bank Negara Indonesia (BNI) dan turut andil dalam pembangunan kawasan Sarinah Thamrin Jakarta serta Hotel Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com