KOMPAS.com - Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia beberapa waktu terakhir terus mengalami kenaikan signifikan.
Pada Rabu (16/2/2022), data dari Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 menunjukkan ada penambahan 64.718 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan kasus harian Covid-19 tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertama kali diumumkan oleh pemerintah pada 2 Maret 2020.
Angka tersebut juga sudah melampaui rekor tertinggi kasus Delta yaitu 56.757 pada 15 Juli 2021.
Baca juga: Ketahui, Ini Efek Samping Vaksin Covid-19 Booster
Masyarakat harus semakin waspada dengan angka kenaikan yang semakin hari makin tinggi, tak terkecuali bagi masyarakat yang memiliki penyakit kronis atau komorbid.
Diketahui, penyakit komorbid adalah salah satu istilah yang kerap muncul ketika membahas penyakit Covid-19.
Orang-orang dengan penyakit komorbid disebut lebih berisiko menderita gejala yang lebih parah apabila terinfeksi virus Corona.
Sementara itu, komorbiditas adalah kondisi di mana seseorang menderita dua penyakit atau lebih pada saat yang bersamaan. Penyakit tersebut umumnya bersifat kronis atau menahun.
Baca juga: Berikut Gejala Omicron dan Pengobatannya
Dekan Fakultas Kedokteran UNS Prof Reviono memberi penjelasan bahwa komorbid itu berbahaya apalagi yang menyebabkan menurunkan kekebalan tubuh.
"Pada dasarnya komorbid yang menurunkan kekebalan tubuh itu berbahaya," kata Reviono ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (16/2/2022).
Berikut beberapa penyakit yang menyerang imunitas tubuh menurut Reviono:
Baca juga: Apakah Kasus Pertama Omicron di Indonesia Merupakan Transmisi Lokal?
Pada penyakit jantung, selain menyerang kekebalan, penyakit ini juga dapat membuat komplikasi.
Pada pasien Covid-19 yang memiliki komorbid penyakit jantung biasa akan terjadi hiper koagulopati atau yang disebut gangguan penggumpalan darah.
Kejadian tersebut telah membuat banyak kematian.
"Jadi darahnya menjendal. Itu yang banyak menyebabkan kematian," ujar Reviono.
Baca juga: Apakah Varian Omicron Meningkatkan Kasus Kematian di Indonesia?
Penyakit paru dapat memperberat gejala virus Corona, karena paru-parunya sudah sakit ditambah dengan virus Corona yang menyerang bagian pernapasan.
Reviono memberi contoh penyakit paru yang dapat memperberat fusngi paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan bronkritis kronik.
"Itu tentunya semakin berat gangguan fungsi parunya," kata dia.
Baca juga: Kenali Gejala Awal Diabetes dan Cara Mencegahnya
Diabetes meritus merupakan salah satu penyakit yang paling besar menurunkan kekebalan tubuh. Karena sel-sel kekebalan tertekan jumlah dan fungsinya.
"Fungsi sel-sel kekebalan ini menurun pada penyakit diabetes melitus," ungkap Reviono.
Walaupun diabetes merupakan satalah satu yang paling besar menurunkan imunitas, namun sebenarnya semua penyakit yang disebutkan juga memiliki tingkat bahaya yang relatif sama, seperti halnya dengan penyakit kanker.
Diabetes dan hipertensi merupakan dua komorbid yang sering menyebabkan kematian, karena jumlah penderitanya banyak di Indonesia dari penyakit kronis lain.
Untuk penyakit kanker juga memiliki tingkat bahaya yang sama, namun karena pengidap penyakit kanker tidak sebanyak diabetes dan hipertensi maka untuk kasus kematiannya tidak begitu banyak.
Baca juga: Kenali Perbedaan Gejala Omicron dengan Flu Biasa, Apa Saja?
Bagi pasien komorbid yang terkena virus Corona harus dirawat di rumah sakit, walaupun memiliki gejala ringan.
Hal ini berbeda dengan orang tanpa komorbid yang dapat melakukan isolasi mandiri di rumah ketika terkena virus Corona.
"Kalau kena Covid itu sebaiknya tidak isoman walaupun gejalanya ringan, tapi dirawat di rumah sakit," ujar Reviono.
Sedangkan untuk tata laksananya di rumah sakit, pasien komorbid akan mendapatkan dua jenis obat, obat untuk penyakit Covid-19 dan juga obat untuk komorbidnya.
Diharapakan pasien yang memiliki komorbid dapat mengontrol atau mengobati secara rutin penyakitnya agar imunitasnya lebih baik dari pada tidak dikontrol.
Baca juga: Apakah Isolasi Mandiri Bisa Diakhiri Lebih Cepat dengan PCR?
Untuk pasien yang memiliki komorbid virus Corona varian Delta maupun Omicron menurutnya sama-sama berbahaya. Karena penderita komorbid memiliki masalah menurunnya kekebalan tubuh.
Berbeda dengan orang tanpa komorbid, varian Delta lebih berbahaya daripada varian Omicron. Karena orang tanpa komorbid relatif dapat menangkal Omicron yang kurang ganas.
"Tapi kalau yang komorbid karena masalah di kekebalannya itu kemasukan virus apa pun ya beresiko untuk gejala berat," jelas Reviono.
Reviono menyarankan untuk orang yang memiliki komorbid agar tidak keluar rumah kecuali terpaksa, dan jika keluar rumah harus dengan protokol kesehatan yang ketat.
Dan juga pengidap komorbid diharapkan untuk mengobati penyakitnya dengan melakukan kontrol rutin dengan dokter agar penyakitnya terkontrol.
Baca juga: Apakah PCR Bisa Mendeteksi Varian Omicron?