Kisah perjuangan dan kehidupan Tirto diangkat oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Buru dan Sang Pemula. Pramoedya membentuk tokoh rekaan historis dalam novel tetraloginya yang diberi nama Minke.
Minke banhak diartikan sebagai perwujudan R.M. Tirto Adhi Soerjo, bapak kewartawanan berbahasa Melayu di Jawa dan perintis pergerakan.
Namun, ada juga watak dari Minke yang tidak identik dengan Tirto, karena memang Pramoedya tidak menciptakan Minke untuk merepresentasikan Tirto.
Pramoedya pernah mengatakan Tirto bukan dimaksudkan ditampilkan sebagai pahlawan, tapi sebagai individu yang telah berhasil melepaskan diri dari kebersamaan tradisional yang berabad lamanya jadi penghambat progres.
Inilah nilai kultural yang telah dicapai oleh RM. Tirto dan dianggap sebagai poin penting bagi Pramoedya.