Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Omicron Mengganas di Indonesia, 1.161 Kasus Terdeteksi, 2 Meninggal

Kompas.com - 22/01/2022, 19:46 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dua pasien Covid-19 yang terinfeksi varian virus corona Omicron meninggal dunia.

Ini adalah pertama kalinya ada kasus Omicron yang meninggal dunia di Indonesia.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, kedua pasien yang meninggal memiliki komorbid atau penyakit penyerta.

“Satu kasus merupakan transmisi lokal meninggal di Rumah Sakit (RS) Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan pelaku perjalanan luar negeri, meninggal di RSPI Sulianto Saroso,”kata Nadia dikutip dari Kompas.com, Sabtu (22/1/2022).

Baca juga: BREAKING NEWS: 2 Pasien Covid-19 Varian Omicron Meninggal Dunia

Jumlah kasus Omicron

Dari data Kementerian Kesehatan yang disampaikan Sabtu (22/1/2022), secara kumulatif terdapat 1.161 kasus Omicron yang dideteksi di Indonesia.

"Total sejak 15 Desember 2021 secara kumulatif jumlah kasus Omicron yang kita temukan itu ada 1.161,” kata Nadia dalam diskusi virtual, Sabtu. 

Dari jumlah itu, 821 kasus berasal dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), 282 kasus transmisi lokal, dan sisanya belum diketahui asal infeksinya.

Penyebab Omicron meningkat

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman menyebut ada dua faktor utama yang membuat Omicron kian merebak di Indonesia.

Keduanya saling berkesinambungan, yakni lemahnya deteksi dan masih rendahnya tingkat capaian vaksinasi 2 dosis.

"Kalau kita bicara Indonesia, kita tahu cakupan vaksinasi kita yang 2 dosis masih di bawah 50 persen, itu pun kan ada potensi menurun (imunitas) setelah 5-7 bulan," kata Dicky, dihubungi Sabtu (22/1/2022).

"Kedua, kita tahu kapasitas deteksi kita kurang, berarti kita tidak bisa menemukan kasus kasus dan bagaimana mau mencegah potensi penularan berikutnya dengan isolasi/karantina," lanjut dia.

Faktor lemahnya deteksi ini juga lah yang menurut Dicky membuat Indonesia kerap mengalami silent outbreak.

Baca juga: Kemenkes: Dua Pasien Omicron yang Meninggal Dunia Punya Komorbid

 

Kondisi pasien Omicron

Secara umum, kondisi pasien Omicron di Indonesia tanpa memiliki gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan.

Selebihnya, saat ini dilaporkan ada dua kasus Omicron yang meninggal dunia.

"Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso," kata Nadia.

Kedua pasien tersebut dikatakan memiliki komorbid.

Cara mencegah peningkatan kasus

Dari pernyataan pers Jumat (21/1/2022), Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku menyebut, 2 kunci utama untuk mencegah Omicron semakin meluas adalah dengan memperketat pintu masuk kedatangan dan pengendalian transmisi lokal.

Lebih lanjut, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah membuat Surat Edaran Menkes Nomor HK.02.01/MENKES/18/2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus Covid-19 Varian Omicron.

Dalam SE Menkes itu, diatur berbagai hal terkait pencegahan dan pengendalian Omicron di masyarakat, mulai dari bagaimana ketentuan pemeriksaan spesimen, pelacakan dan karantina, isolasi, juga pencatatan dan pelaporan.

Aturan selengkapnya dapat diakses di link berikut ini.

Baca juga: Benarkah Kirim Screenshot WhatsApp Bisa Melanggar UU ITE?

 

Selain itu, upaya menggencarkan 3T terutama di wilayah pulau Jawa dan Bali, peningkatan rasio tracing dan menjamin ketersediaan ruang isolasi terpusat.

Juga menggencarkan akses telemedisin, serta meningkatkan rasio tempat tidur untuk penanganan Covid-19 di rumah sakit juga juga dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com