KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami kenaikan dalam beberapa hari terakhir.
Mengacu data harian yang dilaporkan Satgas Covid-19, berikut adalah data kasus infeksi yang dilaporkan 5 hari terakhir, sejak 17-21 Januari 2022:
• 17 Januari 2022: 772 kasus
• 18 Januari 2022: 1.362 kasus
• 19 Januari 2022: 1.745 kasus
• 20 Januari 2022: 2.116 kasus
• 21 Januari 2022: 2.604 kasus.
Melihat tren peningkatan tersebut, Indonesia diprediksi akan mengalami gelombang ketiga Covid-19 pada Februari atau Maret 2022.
Kasus Covid-19 masih terus naik. 2.604 kasus baru dilaporkan hari ini, tertinggi sejak 24 September. Tes menyentuh 200 ribu orang, tapi dengan positivity rate meningkat.
Selain Jakarta yang masih ada di seribuan kasus harian, Jawa Barat hari ini menyentuh 500 kasus baru. pic.twitter.com/SVcGfrkacg
— perupadata (@perupadata) January 21, 2022
Baca juga: Lebih 2.000 Kasus Sehari, Benarkah Indonesia Memasuki Gelombang Ketiga?
Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman mengatakan Indonesia sulit untuk menghindari gelombang ketiga yang saat ini sudah di depan mata.
"Rata-rata negara lain saja sudah 3 gelombang. (Indonesia belum) Ini karena keterbatasan testing tracing kita saja," kata Dicky saat dihubungi, Sabtu (22/1/2022).
Sebelumnya, Dicky telah memprediksi Indonesia akan mengalami setidaknya 3 gelombang infeksi Covid-19 dengan melihat karakter virusnya.
"Apalagi saat ini dengan ada Omicron, Delta masih ada, ya enggak mungkin, sulit kita menghindari gelombang 3 itu," ujar dia.
Dicky menambahkan, peningkatan kasus infeksi yang diakibatkan oleh varian Omicron saat ini akan berlangsung secara senyap, karena infeksi yang terjadi kebanyakan tidak disertai gejala.
Ditambah, jumlah testing di Indonesia yang memang masih rendah.
"Testing kita itu melandai sudah lama, kurang dari 1 orang per 1.000 populasi per minggu, sehingga untuk mendeteksi Omicron yang 4 kali lebih banyak kasusnya, 2 kali lebih cepat (penyebarannya), ya enggak cukup," sebut Dicky.
Baca juga: Gelombang Ketiga Covid-19 di Depan Mata, Kasus Harian Kembali Catat Rekor
Meskipun demikian, Dicky menyatakan tingkat keparahan pasien di gelombang ketiga juga durasi berlangsungnya memang tidak seperti gelombang kedua yang disebabkan oleh varian Delta di pertengahan tahun lalu.
"Meski potensi gelombang 3 tidak sebesar dan selama gelombang 2, namun dampaknya akan sangat serius dalam jangka panjang atau long Covid-19," ungkapnya.
Dicky menggarisbawahi, potensi terjadinya long Covid masih ada meskipun masyarakat sudah mendapatkan vaksinasi, hanya saja menjadi lebih rendah.
"Long covid ada yang sifatnya langsung terlihat ada yang jangka panjang, namanya juga long covid. Ada mulai bertahap penurunan sel fungsi di otaknya, atau di ginjalnya, atau di jantungnya," papar Dicky.