Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Besar Kobe Jepang, 6.433 Orang Tewas

Kompas.com - 17/01/2022, 08:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 27 tahun lalu, tepatnya 17 Januari 1995, terjadi gempa bumi besar Hanshin. Gempa bumi itu terjadi di dekat kota Kobe, Jepang, sehingga juga disebut Gempa Kobe.

Melansir National Geographic, gempa Kobe menewaskan 6.433 orang dan membuat lebih dari 45.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Gempa Kobe adalah salah satu gempa terburuk dalam sejarah Jepang. Kerugian yang ditimbulkan lebih dari 100 miliar dolar (Rp 1,43 triliun).

Jepang adalah salah satu wilayah yang paling aktif secara geologis di Bumi, tempat di mana empat lempeng tektonik utama (Eurasia, Filipina, Pasifik, dan Amerika Utara) bertemu dan berinteraksi.

Gempa Kobe adalah hasil dari sesar mendatar timur-barat di mana lempeng Eurasia dan Filipina berinteraksi.

Pemerintah Kobe menghabiskan bertahun-tahun membangun fasilitas baru untuk menarik kembali 50.000 orang yang pergi setelah gempa.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kereta Api di Rumania Tergelincir dan Meledak, 1.000 Tewas

Kronologis gempa Kobe

Mengutip Britannica, 10 Januari 2022, gempa bumi terjadi pada pukul 05.46 pagi, hari Selasa. Gempa itu terjadi di bagian selatan prefektur Hyogo, barat-tengah Honshu. Gempa berkekuatan 7,3 SR.

Gempa berlangsung sekitar 20 detik. Pusat gempanya berada di bagian utara Pulau Awaji di Laut Pedalaman, 12,5 mil (20 km) di lepas pantai kota pelabuhan Kobe.

Fokus gempa berada sekitar 10 mil (16 km) di bawah permukaan bumi. Wilayah Hanshin adalah daerah perkotaan terbesar kedua di Jepang, dengan lebih dari 11 juta penduduk. Dengan pusat gempa sedekat itu, efeknya luar biasa.

Lebih dari 240.000 rumah rusak, jutaan rumah di wilayah tersebut kehilangan layanan listrik atau air, lebih dari 120.000 bangunan rusak, lebih dari setengahnya runtuh sepenuhnya, serta bagian jalan tol Hanshin yang menghubungkan Kobe dan saka juga runtuh atau rusak berat selama gempa bumi.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa Bumi Besar Guncang Haiti, 316.000 Orang Tewas

Upaya tanggap bencana jadi sorotan

Melansir Japan Times, 16 Januari 2020, gempa itu mengekspos sistem manajemen krisis yang buruk di negara itu.

Tidak dapat memahami tingkat kerusakan selama berjam-jam setelah gempa, pemerintah nasional mendapat kecaman keras karena responsnya yang lambat terhadap bencana tersebut.

Kurangnya mekanisme di Tokyo untuk segera mengumpulkan informasi dan berkomunikasi dengan daerah yang dilanda bencana melumpuhkan fungsi tanggap bencana pemerintah.

Hal itu mendorong pemerintah untuk memperbaiki manajemen krisisnya.

Sebuah tim Kabinet diluncurkan untuk mengumpulkan informasi tentang bencana besar selama 24 jam.

Di sisi lain, upaya untuk mengurangi kerusakan akibat gempa besar masih lamban.

Sebagian besar orang yang tewas dalam gempa tahun 1995 tertimpa rumah dan bangunan yang roboh akibat gempa.

Setelah itu, pemerintah mulai menawarkan subsidi untuk mempromosikan pekerjaan tahan gempa di rumah-rumah yang dibangun di bawah standar bangunan sebelum tahun 1980-an.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Profil CNF Clairefontaine di Perancis, Tempat Pertandingan Indonesia Vs Guinea

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com