Terkait pencabutan larangan tersebut, epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, aturan larangan tersebut menurut dia tidak efektif dan tidak sesuai Regulasi Kesehatan Internasional.
"Internasional Health Regulatiaon, salah satu konvensi dunia dalam merespons wabah, ini tidak ada membatasi masuk WNA dan tidak efektif," kata Dicky kepada Kompas.com, Minggu (16/1/2022).
Alih-alih membatasi masuk WNA, ia menyebut pemerintah lebih baik melakukan penguatan pintu masuk dengan skrining dan karantina yang efektif.
Selain itu, penguatan juga harus dilakukan di dalam negeri dengan testing, tracing, dan treatment (3T) secara konsisten.
"Itu bukan karena Omicron saja, tapi semua varian lain. Siapa pun yang masuk diskrining ketat," jelas dia.
Dicky menjelaskan, lemahnya 3T akan berdampak pada temuan kasus Omicron yang terbatas.
Baca juga: Dicabutnya Daftar 14 Negara yang Dilarang Masuk Indonesia di Tengah Lonjakan Omicron...
Melonjak lagi!
Setelah 3 bulan selalu di bawah seribu, hari ini kasus baru menyentuh angka 1.054, dengan jumlah orang dites yang bahkan sedikit turun dibanding kemarin. Kasus aktif pun naik nyaris 600.
720 kasus baru disumbang oleh DKI Jakarta, tertinggi sejak 25 Agustus. pic.twitter.com/vkV7nKCx8o
— perupadata (@perupadata) January 15, 2022
Dicky mengatakan, varian Omicron memiliki karakter penularan yang sangat cepat dibandingkan varian-varian Covid-19 lainnya. Hal ini akan berdampak pada pandemi yang semakin tidak terkendali.
Dengan kondisi yang tak terkendali ini, Dicky menyebut Omicron akan menyasar kelompok berisiko tinggi, sehingga berkontribusi pada peningkatan beban fasilitas kesehatan.
"Potensi peningkatan kasus pada yang berisiko ini kan terutama yang belum divaksin. Anak-anak juga jadi kelompok paling rawan," ujarnya.
"Ketika varian ini dibiarkan bersirkulasi bebas maka kita berarti mengundang krisis, karena virus ini akan bebas bereplikasi," tambahnya.
Akibatnya, potensi kemunculan mutasi yang lebih merugikan pun akan semakin besar, sehingga dapat memperlama masa kritis.
"Walaupun semakin lama akan semakin turun, tapi lonjakan-lonjakan ini bisa menyebabkan masalah dan bukan tidak mungkin akan ada yang sangat mematikan. Kan bahaya," jelasnya.
Baca juga: Update Corona 16 Januari: Waspadai, Kasus Harian Indonesia Lewati 1.000 Kasus!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.