Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belum Divaksin, Apakah Anak Usia di Bawah 6 Tahun Aman Ikut PTM?

Kompas.com - 04/01/2022, 17:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah sekolah telah memulai pembelajaran semester genap pada Senin, (3/1/2022).

Melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ditetapkan bahwa untuk daerah PPKM level 1-3 wajib menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.

PTM terbatas dimulai semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2021/2022 untuk seluruh satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Baca juga: Rekomendasi IDAI soal Pelaksanaan Sekolah Tatap Muka 2022

Namun diketahui, hingga saat ini anak usia di bawah 6 tahun belum bisa menerima vaksin Covid-19 di Indonesia.

Apakah aman untuk melaksanakan PTM terbatas bagi siswa PAUD dan TK yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19?

Tidak bisa 100 persen

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan pembukaan sekolah bisa dilakukan ketika kondisi pandemi membaik.

Selain itu, Dicky mengatakan, untuk jenjang PAUD dan TK menurutnya tidak bisa langsung dibuka semua atau 100 persen. 

"Tetap kita harus memprioritaskan adanya PTM ini tapi tetap dengan mitigasi. Tapi belum memungkinkan kalau 100 persen, karena terlalu riskan," kata Dicky pada Kompas.com, Minggu (2/1/2022).

Menurutnya di tahap awal adalah masuk sekolah bergantian atau membatasi kapasitas hanya 50 persen dari total. Hal itu menurut Dicky lebih minim risiko.

"Kalau lebih dari 50 susah nanti kan ini bagusnya dalam bentuk grup supaya mudah dimonitor," ujar Dicky.

Baca juga: Cara Buat Akun LTMPT, Jadwal SNMPTN dan SBMPTN 2022

 

Catatan epidemiolog

Dicky juga memberi catatan terkait PTM yang sudah dilaksanakan selama ini. Menurut Dicky dari PTM yang sudah ada seharusnya dilaporkan evaluasinya hingga tuntas.

"Kekurangannya dan catatan saya selama ini adalah temuan-temuan dari klaster ini belum mengarah menghasilkan pada satu analisa yang memberikan informasi yang tuntas lengkap darimana, bagaimana, dan kenapanya," kata dia. 

Dihubungi terpisah, Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo menyebut, risiko tertular pada anak lebih rendah dibanding orang dewasa.

"Pada dasarnya yang berisiko tinggi untuk mengalami gejala berat sampai kritikal, bahkan meninggal adalah golongan usia yang lebih dewasa, terutama lansia, bukan anak-anak, karena anak masih mempunyai daya tahan tubuh yang jauh lebih baik," ujar Windhu pada Kompas.com, Minggu (2/1/2022).

Baca juga: IDAI Rekomendasikan Anak di Bawah 6 Tahun Tak Ikut PTM 100 Persen, Ini Respons Pemprov DKI

Rekomendasi IDAI

Menurut keterangan tertulis IDAI yang diterima Kompas.com, Minggu (2/1/2022), anak usia di bawah 6 tahun tidak direkomendasikan untuk mengikuti Pembelajaran Tatap Muka.

Hal tersebut lantaran menurut rekomendasi IDAI, anak yang bisa masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 lengkap 2 kali.

Berikut ini rekomendasi IDAI terkait pembelajaran tatap muka:

1. Vaksinasi

Menurut IDAI, untuk membuka pembelajaran tatap muka, 100 persen guru dan petugas sekolah harus sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19

Sementara itu untuk anak, menurut IDAI anak yang dapat masuk sekolah adalah anak yang sudah diimunisasi Covid-19 lengkap 2 kali dan tanpa komorbid.

2. Protokol kesehatan

IDAI juga menekankan protokol kesehatan tetap harus dipatuhi, terutama:

  • Penggunaan masker wajib untuk semua orang yang ada di lingkungan sekolah.
  • Ketersediaan fasilitas cuci tangan.
  • Menjaga jarak.
  • Tidak makan bersamaan.
  • Memastikan sirkulasi udara terjaga.
  • Mengaktifkan sistem penapisan aktif per harinya untuk anak, guru, petugas sekolah dan keluarganya yang memiliki gejala suspek Covid-19.

3. Pembelajaran untuk anak 12-18 tahun

Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan 100 persen dalam kondisi berikut:

  • Tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut.
  • Tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.

Sementara itu pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi berikut:

  • Masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate di bawah 8 persen.
  • Ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan.
  • Anak, guru, dan petugas sekolah sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19
  • 100 persen.

4. Pembelajaran untuk anak 6-11 tahun

Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi sebagai berikut:

  • Tidak adanya peningkatan kasus Covid-19 di daerah tersebut.
  • Tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.

Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan metode hybrid (50 persen daring, 50 persen luring outdoor):

  • Masih ditemukan kasus Covid-19 namun positivity rate dibawah 8 persen.
  • Ditemukan transmisi lokal Omicron yang masih dapat dikendalikan.
  • Fasilitas outdoor yang dianjurkan adalah halaman sekolah, taman, pusat olahraga, ruang publik terpadu ramah anak.

5. Pembelajaran untuk anak di bawah 6 tahun

Menurut IDAI untuk golongan ini, sekolah pembelajaran tatap muka belum dianjurkan sampai dinyatakan tidak ada kasus baru Covid-19 atau tidak ada peningkatan kasus baru.

Sekolah dapat memberikan pembelajaran sinkronisasi dan asinkronisasi dengan metode daring dan mengaktifkan keterlibatan orangtua di rumah dalam kegiatan outdoor.

Sekolah dan orangtua dapat melakukan kegiatan kreatif seperti:

  • Mengaktifkan permainan daerah di rumah.
  • Melakukan pembelajaran outdoor mandiri di tempat terbuka masing-masing keluarga dengan modul yang diarahkan sekolah seperti aktivitas berkebun, eksplorasi alam dan sebagainya.
  • Rekomendasi bermain dapat mengutip dari rekomendasi permainan anak sesuai rekomendasi IDAI.

6. Komorbid

Anak dengan komorbiditas dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak.

Komorbiditas anak meliputi penyakit seperti keganasan, diabetes melitus, penyakit ginjal kronik, penyakit autoimun, penyakit paru kronis, obesitas, hipertensi, dan lainnya.

7. Imunisasi rutin

IDAI mengimbau masyarakat untuk segera melengkapi imunisasi rutin anak usia 6 tahun ke atas.

Menurut IDAI anak dianggap sudah mendapatkan perlindungan dari imunisasi Covid-19 jika sudah mendapatkan dua dosis lengkap dan proteksi dinyatakan cukup setelah 2 minggu pasca penyuntikan imunisasi terakhir.

8. Tidak boleh ada paksaan

Menurut IDAI sekolah dan pemerintah memberikan kebebasan kepada orangtua dan keluarga untuk memilih pembelajaran tatap muka atau daring, tidak boleh ada paksaan.

Hal yang tidak kalah penting adalah bagi anak yang memilih pembelajaran daring, sekolah dan pemerintah harus menjamin ketersediaan proses pembelajaran daring.

Dalam memberikan rekomendasi, IDAI mempertimbangkan hal-hal berikut:

  • Sudah ditemukan varian Omicron di Indonesia.
  • Data di negara lain yaitu Amerika Serikat, negara-negara Eropa dan Afrika terkait peningkatan kasus Covid-19 pada anak dalam beberapa minggu terakhir. Sebagian besar kasus anak yang sakit adalah anak yang belum mendapat imunisasi Covid-19.
  • Kebijakan pembelajaran tatap muka.
  • Sudah diaplikasikannya beberapa inovasi metode pembelajaran oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.
  • Pentingnya proses pendidikan anak usia sekolah.

 Baca juga: Ini Aturan Lengkap PPKM Level 2 di DKI Jakarta dan Daerah Jawa-Bali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com