KOMPAS.com - Sepanjang 2021, beragam bencana silih berganti melanda Tanah Air.
Selain faktor cuaca, dan ulah manusia, letak geografis Indonesia yang berada pada Cincin Api Pasifik dan tiga lempeng tektonik utama turut memicu potensi bencana gunung meletus dan gempa bumi.
Bahkan dalam Pembukaan Rakornas Penanggulangan Bencana Tahun 2021, Rabu (3/2/2021), Presiden Jokowi pernah mengatakan bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara-negara di dunia dengan risiko bencana yang tinggi.
Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?
Indonesia disebutkan masuk rangking tertinggi dalam daftar 35 negara paling berisiko bencana.
Menutup 2021 dan membuka lembaran tahun baru 2022, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengajak masyarakat untuk merefleksikan kembali peristiwa bencana sepanjang tahun ini.
Sekretaris Utama BNPB Lilik Kurniawan mengatakan, refleksi peristiwa bencana merupakan bagian dari literasi kebencanaan yang harus dipahami masyarakat.
"Tidak cukup berhenti kepada pemerintah daerah saja. Masyarakat di wilayah rawan bencana juga harus mengetahui potensi bahaya di sekitar, seperti di NTT," kata Lilik melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (31/12/2021).
Lilik mengingatkan, peristiwa siklon tropis Flores yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun ini, sebelumnya sudah pernah terjadi pada 1973.
Menurut Lilik, literasi kebencanaan sangat penting sebagai bagian dari upaya mitigasi menghadapi potensi bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Baca juga: Potensi Bencana di Tengah Pandemi, Apa yang Harus Disiapkan?
Sepanjang 2021, terdapat beberapa kejadian gempa bumi yang melanda sejumlah daerah dan menimbulkan kerusakan serta korban jiwa.
Lilik mengatakan, pembelajaran mengenai upaya mitigasi risiko gempa adalah dengan edukasi penguatan bangunan dan kesiapsiagaan masyarakat.
"Ini tidak hanya pada pembangunan rumah yang baru tetapi juga penguatan tempat tinggal warga yang sudah ada dan berada di kawasan rawan gempa bumi," kata dia.
Baca juga: Saat Pohon Terbesar di Dunia Terancam oleh Kebakaran Hutan...
Lilik mengatakan, penguatan struktur bangunan atau retrofitting menjadi salah satu pilihan, tentunya harus dengan biaya murah dan bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat.
Selain itu, menurut Lilik, perlu ada mitigasi kultural, di mana masyarakat diajak mengetahui langkah-langkah apabila gempa bumi terjadi.