Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Salatiga Terjangkit Japanese Encephalitis, Penyakit Apa Itu?

Kompas.com - 28/12/2021, 09:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Puluhan ribu kasus setiap tahun

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, terdapat sekitar 68.000 kasus Japanese encephalitis di seluruh dunia setiap tahun.

Adapun kematian tahunan akibat penyakit ini diperkirakan 13.600 hingga 20.400 kasus.

Menurut WHO, orang-orang yang paling berisiko terserang penyakit ini adalah mereka yang tinggal dan bekerja di daerah pedesaan, seperti di peternakan babi dan di sawah.

Data menunjukkan bahwa 75 persen kasus melibatkan anak-anak di bawah usia 15 tahun.

Kebanyakan orang dewasa di negara-negara endemik memiliki kekebalan alami terhadap Japanese encephalitis setelah terinfeksi saat masih anak-anak.

Akan tetapi, penyakit ini dapat menyerang siapapun, tanpa memperhatikan usianya.

Baca juga: Berapa Gaji Shin Tae-yong dan Kapan Kontraknya Berakhir?

Baru-baru ini terjadi di Malaysia

Kasus fatal infeksi Japanese encepalitis baru-baru ini terkonfirmasi di Malaysia, dan menyebabkan dua orang meninggal dunia.

Melansir The Star, 29 November 2021, kedua kasus fatal tersebut berasal dari distrik Kota Setar, negara bagian Kedah.

Direktur Kesehatan Kedah Othman Warijo mengatakan, kasus pertama Japanese encephalitis dilaporkan pada 18 November 2021 diikuti oleh kasus kedua pada 25 November 2021.

Pada hari yang sama setelah laporan kasus kedua diterima, Dinas Kesehatan Kedah langsung menyatakan terjadinya wabah Japanese encephalitis.

Othman mengatakan, total kasus Japanese encephalitis yang dilaporkan di negara bagian Kedah hingga 25 November 2021 sebanyak 10 kasus dengan tiga kematian.

Jumlah kasus tersebut meningkat jika dibandingkan dengan delapan kasus pada periode yang sama tahun lalu, atau meningkat 25 persen.

"Kegiatan pengendalian wabah segera dilaksanakan. Di antara upaya pengendalian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Distrik Kota Setar dan Dinas Kesehatan Negara Bagian adalah pengendalian vektor melalui penyemprotan ruang termal dan larvaciding di pemukiman pasien serta daerah-daerah rawan wabah," kata Othman.

"Selain itu, studi entomologi oleh petugas ilmu entomologi di lokasi wabah dan deteksi kasus aktif (ACD) dilakukan di sekitar daerah yang terkena dampak," imbuhnya.

Othman mengatakan, masyarakat diimbau untuk membersihkan lingkungan dan mencari serta memusnahkan tempat perkembangbiakan nyamuk di rumahnya, serta segera berobat ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala seperti demam, sakit kepala dan muntah-muntah. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Juru Bahasa Isyarat Saat Konpers Pegi Tersangka Pembunuhan Vina Disebut Palsu, Ini Kata SLBN Cicendo Bandung

Tren
Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Viral, Video TNI Tendang Warga di Deli Serdang, Ini Kata Kapendam

Tren
Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tips Memelihara Anjing untuk Pemula, Ini Beberapa Hal yang Perlu Anda Lakukan

Tren
Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Berlaku mulai 1 Juni 2024, Ini Cara Beli Elpiji 3 Kg Menggunakan KTP

Tren
Inilah Alasan Harga BBM dan Tarif Listrik Juni Masih Sama dengan Mei 2024

Inilah Alasan Harga BBM dan Tarif Listrik Juni Masih Sama dengan Mei 2024

Tren
Hiu Paus Gorontalo Menghilang karena Takut Orca, Apakah Akan Kembali?

Hiu Paus Gorontalo Menghilang karena Takut Orca, Apakah Akan Kembali?

Tren
Resmi, Jadwal dan Tarif LRT Jabodebek Selama Juni 2024

Resmi, Jadwal dan Tarif LRT Jabodebek Selama Juni 2024

Tren
Teh Bunga Telang untuk Menurunkan Berat Badan, Berapa Takaran Per Hari?

Teh Bunga Telang untuk Menurunkan Berat Badan, Berapa Takaran Per Hari?

Tren
Sempat Menjadi Satu Kesatuan, Mengapa Korea Pecah Menjadi Dua Negara?

Sempat Menjadi Satu Kesatuan, Mengapa Korea Pecah Menjadi Dua Negara?

Tren
Ini Harga BBM, Elpiji, dan Tarif Listrik yang Berlaku mulai 1 Juni 2024

Ini Harga BBM, Elpiji, dan Tarif Listrik yang Berlaku mulai 1 Juni 2024

Tren
Cara Cek Saldo Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan lewat Aplikasi Jamsostek Mobile

Cara Cek Saldo Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan lewat Aplikasi Jamsostek Mobile

Tren
Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Juni 2024

Perbandingan Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP AKR per 1 Juni 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com