Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, terdapat sekitar 68.000 kasus Japanese encephalitis di seluruh dunia setiap tahun.
Adapun kematian tahunan akibat penyakit ini diperkirakan 13.600 hingga 20.400 kasus.
Menurut WHO, orang-orang yang paling berisiko terserang penyakit ini adalah mereka yang tinggal dan bekerja di daerah pedesaan, seperti di peternakan babi dan di sawah.
Data menunjukkan bahwa 75 persen kasus melibatkan anak-anak di bawah usia 15 tahun.
Kebanyakan orang dewasa di negara-negara endemik memiliki kekebalan alami terhadap Japanese encephalitis setelah terinfeksi saat masih anak-anak.
Akan tetapi, penyakit ini dapat menyerang siapapun, tanpa memperhatikan usianya.
Baca juga: Berapa Gaji Shin Tae-yong dan Kapan Kontraknya Berakhir?
Kasus fatal infeksi Japanese encepalitis baru-baru ini terkonfirmasi di Malaysia, dan menyebabkan dua orang meninggal dunia.
Melansir The Star, 29 November 2021, kedua kasus fatal tersebut berasal dari distrik Kota Setar, negara bagian Kedah.
Direktur Kesehatan Kedah Othman Warijo mengatakan, kasus pertama Japanese encephalitis dilaporkan pada 18 November 2021 diikuti oleh kasus kedua pada 25 November 2021.
Pada hari yang sama setelah laporan kasus kedua diterima, Dinas Kesehatan Kedah langsung menyatakan terjadinya wabah Japanese encephalitis.
Othman mengatakan, total kasus Japanese encephalitis yang dilaporkan di negara bagian Kedah hingga 25 November 2021 sebanyak 10 kasus dengan tiga kematian.
Jumlah kasus tersebut meningkat jika dibandingkan dengan delapan kasus pada periode yang sama tahun lalu, atau meningkat 25 persen.
"Kegiatan pengendalian wabah segera dilaksanakan. Di antara upaya pengendalian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Distrik Kota Setar dan Dinas Kesehatan Negara Bagian adalah pengendalian vektor melalui penyemprotan ruang termal dan larvaciding di pemukiman pasien serta daerah-daerah rawan wabah," kata Othman.
"Selain itu, studi entomologi oleh petugas ilmu entomologi di lokasi wabah dan deteksi kasus aktif (ACD) dilakukan di sekitar daerah yang terkena dampak," imbuhnya.
Othman mengatakan, masyarakat diimbau untuk membersihkan lingkungan dan mencari serta memusnahkan tempat perkembangbiakan nyamuk di rumahnya, serta segera berobat ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala seperti demam, sakit kepala dan muntah-muntah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.