Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Runtuhnya Jembatan Kartanegara, 23 Orang Tewas dan 13 Hilang

Kompas.com - 26/11/2021, 10:05 WIB
Mela Arnani,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

Atas peristiwa ini, Basarnas mengerahkan 31 penyelam. Terdapat bantuan enam alat berat untuk mengangkat badan jembatan yang beratnya 1.620 ton.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Serangan Teroris di Paris, 130 Orang Tewas

Proses evakuasi

Dikabarkan Harian Kompas pada 30 November 2011, pemerintah menurunkan 30 penyelam tradisional untuk mencari para korban.

Keruhnya air Sungai Mahakam menjadi kendala besar bagi penyelam. Selain itu, kecepatan arus mencapai 2-9 knot, dengan arus berkecepatan 2 knot sudah cukup membuat orang terseret.

Pusaran air di beberapa titik tidak terlalu berbahaya, tapi akan mematikan jika ada batang kayu, botol, atau logam turut masuk dalam pusaran, karena dapat merusak perlengkapan para penyelam.

Kedalaman sungai hingga 50 meter dan tekanan air yang semakin kuat, akan berbahaya jika penyelam bukan dari kalangan profesional.

Komunikasi dengan rekan yang berada di atas kapal harus sempurna. Terdapat kode tertentu berupa tarikan tali untuk memberikan informasi apakah penyelam butuh ditarik atau sedang dalam bahaya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pertempuran 10 November 1945

Lepas tanggung jawab

Adapun semua pihak yang terkait dengan runtuhnya Jembatan Kartanegara saling lempar tanggung jawab.

Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, dan kontraktor tidak ingin disalahkan.

Sementara itu, disebutkan bahwa pemeliharaan jembatan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.

Dituliskan bahwa tidak ada pemeliharaan jembatan selama 2008-2010, dikarenakan tidak adanya anggaran.

Padahal, hasil pemantauan PT Indenes Utama Engineering Consultant pada 2006 menunjukkan fakta adanya penurunan gelagar bentang tengah jembatan hingga 50 cm dibandingkan 2001.

Terjadi perenggangan pada pilar jembatan hingga 18 cm, sedangkan pada tahun 2001 hanya 8-10 cm.

Konsultan ahli beton dan konstruksi jembatan Wiratman Wangsadinata menjelaskan, runtuhnya jembatan disebabkan kegagalan pada kabel penggantung dan klem penjepit.

Ini didasarkan pada sisa konstruksi bangunan jembatan yang tersisa.

Jembatan yang konstruksinya ditopang oleh tiang tinggi jembatan (pylon), fondasi tiang pancang, dan kabel utama masih utuh, sedangkan semua kabel penggantung dan klemnya putus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com