KOMPAS.com - Update corona Indonesia pada Senin (15/11/2021) melaporkan 221 kasus baru. Laporan ini adalah rekor terendah sejak 19 bulan!
Terakhir Indonesia melaporkan kasus harian di bawah 200 kasus adalah 20 April 2020. Saat itu Indonesia melaporkan 185 kasus.
Berikut laporan kasus harian terbaru, Senin (15/11/2021):
Total kasus Covid-19 Indonesia:
Kembali mencatatkan rekor terendah: 221 kasus baru, terendah dalam 19 bulan!
Angka ini dicapai hasil tes yang meningkat, yakni 167ribu orang dalam hari ini.
Kasus harian tertinggi dipegang Jakarta dengan 36 kasus. Ada 9 provinsi tanpa laporan kasus baru. pic.twitter.com/MtwVnc22G2
— perupadata (@perupadata) November 15, 2021
Baca juga: [POPULER TREN] Mengenal DME yang Disebut akan Gantikan Gas Elpiji
Update corona dunia Worldometer, Selasa (16/11/2021):
Baca juga: Ini Daerah di Jawa dan Bali dengan Capaian Vaksinasi di atas 70 Persen
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan (PPKM) Jawa-Bali diperpanjang hingga 29 November 2021. Sejumlah daerah masuk ke dalam Level 1 dan 2.
“Dalam asesmen yang akan berlaku dalam dua minggu ke depan, terdapat penambahan sebanyak kabupaten/kota yang masuk ke dalam Level 2 sebanyak 10 kabupaten/kota dan Level 1 5 Kabupaten/Kota,” kata Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan dalam keterangannya, Senin (15/11/2021).
Salah satu alasan diperpanjangnya PPKM Jawa-Bali adalah adanya peningkatan tingkat positivitas dan angka rawat inap di 29 persen kabupaten/kota di Jawa-Bali.
Sementara berdasarkan laporan Satgas Penanganan Covid-19, Senin (15/11/2021), terdapat penambahan 221 kasus infeksi baru, 11 kematian, dan 706 kasus dinyatakan sembuh.
Sehingga, secara akumulatif kasus infeksi di Indonesia mencapai 4.251.076 kasus. Dari angka itu, 4.098.884 telah sembuh, 143.670 meninggal dunia, dan masih dalam proses pemulihan.
Baca juga: Luhut: PPKM Jawa-Bali Diperpanjang, 26 Kabupaten/Kota Berstatus Level 1
Benua Eropa diterjang lonjakan gelombang kasus Covid-19 dalam sebulan ini.
Pada awal November, Eropa mencatatkan kasus baru tertinggi per pekan sejak awal pandemi.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada pekan pertama November, terdapat hampir dua juta kasus Covid-19 baru yang dilaporkan.
Angka kematian akibat Covid-19 Eropa pun mengkhawatirkan, yakni hampir 27.000 pada pekan pertama November. Jumlah ini lebih dari setengah angka kematian Covid-19 global pada periode yang sama.
Terkait situasi Eropa, Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menekankan pentingnya kebijakan pembatasan.
Pihaknya menyebut lonjakan kasus Covid-19 tidak hanya terjadi di Eropa Timur dengan tingkat vaksinasi rendah, melainkan juga Eropa Barat.
“Ini adalah peringatan lain, sebagaimana yang selalu kami tekankan, bahwa vaksin tidak semata menggantikan langkah-langkah pencegahan lain,” kata Adhanom dikutip laman resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa.
“Vaksin mengurangi risiko perawatan rumah sakit, gejala parah, dan kematian. Namun, mereka tidak sepenuhnya mencegah transmisi (virus),” imbuh biolog asal Ethiopia tersebut dikutip dari KompasTV.
Akibat lonjakan kasus Covid-19, negara-negara Eropa sendiri mulai menerapkan pembatasan lebih ketat. Austria dan Belanda dilaporkan memberlakukan kembali karantina pada pekan lalu.
Baca juga: Eropa Kembali Jadi Episentrum Covid-19, Ahli: Jangan Lengah
Pemerintah Inggris memutuskan untuk memperluas sasaran penerima suntikan dosis tambahan vaksin Covid-19.
Kini, warga berusia 40-49 tahun akan disasar untuk mendapatkan dosis tambahan ini, dengan maksud meningkatkan kekebalan dan menurunkan risiko infeksi memasuki musim dingin.
Mengutip Financial Times, Senin (15/11/2021), keputusan ini berdasarkan rekomendasi yang diberikan Komite Gabungan Vaksinasi dan Imunisasi.
Badan Keamanan Kesehatan juga telah mempublikasi sebuah temuan yang menyebut risiko Covid dengan gejala pada penerima suntikan tambahan berkurang lebih dari empat perlima dibandingkan dengan mereka yang hanya menerima dua dosis.
Ribuan warga Rusia berbondong-bondong pergi ke negara tetangga, Kroasia juga Slovenia untuk mendapatkan vaksin Covid-19 yang disetujui negara-negara Uni Eropa, seperti Pfizer.
Hal itu sebagaimana laporan Reuters, Senin (15/11/2021).
Diketahui, Rusia hanya menggunakan vaksin lokal bernama Sputnik, namun vaksin ini belum mendapat persetujuan dari dunia internasional termasuk Uni Eropa.
Dengan begitu, warga Rusia yang hendak memasuki negara-negara Uni Eropa harus menjalani tes atau masa karantina terlebih dahulu.
"Ini tidak ada hubungannya dengan tidak mempercayai vaksin Rusia. kadang ada kebutuhan untuk melakukan perjalanan ke Eropa, jadi kami memiliki ide untuk mendapatkan vaksinasi (tambahan) di Kroasia," kata salah satu warga Moskow yang mengakses vakain di Kroasia, Natalya Noks.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.