Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sipebi, Aplikasi Penyuntingan Ejaan Bahasa Indonesia

Kompas.com - 15/11/2021, 07:45 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menyusun teks yang sesuai dengan kaidah baku ejaan bahasa Indonesia bisa menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi sebagian orang.

Sering kali butuh bantuan penyunting bahasa yang berpengalaman untuk menjadikan sebuah teks tidak menyalahi kaidah kebahasaan yang berlaku.

Untuk menyiasati kendala itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa meluncurkan Aplikasi Penyuntingan Ejaan Bahasa Indonesia, atau disebut Sipebi.

Sesuai namanya, Sipebi berfungsi untuk melakukan perbaikan atau penyuntingan teks bahasa Indonesia secara otomatis.

Baca juga: Cara Pakai Aplikasi Sipebi, Penyunting Ejaan Bahasa Indonesia

Aplikasi ini menggunakan pangkalan data Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) termutakhir dan masukan para ahli bahasa sebagai basis datanya.

Sipebi diluncurkan pada 28 Oktober 2021, bertepatan dengan puncak perayaan Bulan Bahasa dan Sastra tahun ini.

Usai diluncurkan, Sipebi mendapatkan sambutan antusias dari warganet yang ingin menjajal kebolehan aplikasi ini.

Awal mula Sipebi

Ian Kamajaya, arsitek dan pengembang TI Sipebi, mengatakan, prototipe dari aplikasi tersebut sudah mulai dikembangkan pada tahun 2019.

Ian mengungkapkan, ketika itu ia dihubungi salah seorang rekannya di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk membantu mengembangkan aplikasi penyuntingan ejaan bahasa Indonesia untuk tugas pendidikan dan pelatihan (diklat).

Menurut Ian, ide awal dari rekannya itu adalah membuat aplikasi sederhana untuk menyunting ejaan dan hanya mampu memperbaiki lima macam kesalahan.

"Cuma waktu saya dengar, saya berpikir, 'Wah, jangan kayak gitu'. Saya pikir lebih bagus kalau aplikasi ini dikembangkan lebih jauh. Maka saya tawarkan, bagaimana kalau saya buat prototipe aplikasi yang bisa mengecek lebih banyak kesalahan dan juga memiliki fungsi analisis," kata Ian saat berbincang dengan Kompas.com melalui Zoom Meeting, Kamis (11/11/2021).

Ian mengatakan, fungsi analisis yang dimaksudnya bertujuan agar pengguna aplikasi tahu di mana letak kesalahan dari teks yang mereka tulis. Ide tersebut disetujui rekannya.

Pada Juni 2019, prototipe Sipebi selesai dikerjakan dan di luar dugaan mendapat sambutan positif ketika dipresentasikan.

"Karena mendapat tanggapan yang sangat luar biasa dari kalangan internal, mendapat predikat terbaik, semenjak itu pengembangan Sipebi mulai diadopsi oleh Badan Bahasa secara lebih resmi," ujar Ian.

Pada tahun 2020, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa kembali menghubungi Ian untuk mengembangkan lebih lanjut Sipebi.

"Dan pada tahun 2021, mungkin boleh dikatakan baru pada awal tahun ini, mulai dikerjakan dengan cukup serius," kata Ian.

Bukan hanya perbaikan

Selain mengembangkan Sipebi, Ian juga merupakan pengembang dari KBBI versi daring.

"Saya sudah cukup lama bekerja sama dengan Badan Bahasa, yaitu semenjak tahun 2016. Pada waktu itu saya diminta mengembangkan KBBI Daring," ujar Ian.

Menurut Ian, selain untuk membantu menyunting ejaan dalam teks bahasa Indonesia, ia juga berharap bahwa Sipebi juga bisa digunakan sebagai sarana belajar bahasa.

"Bagi saya sendiri, orang yang kurang ahli bahasa, ada aplikasi semacam demikian. Makanya, salah satu fitur Sipebi yang saya betul-betul ingin sekali ada yaitu fitur analisisnya," kata dia.

"Karena saya berpikir, kalau saya adalah orang yang mau belajar mandiri melalui aplikasi Sipebi, saya akan butuh itu (analisis), bukan hanya perbaikannya," lanjut Ian.

Contoh penggunaan Sipebi untuk menyunting teks. Perbaikan disertai dengan analisis untuk menunjukkan letak dan alasan kesalahan.Screenshot Contoh penggunaan Sipebi untuk menyunting teks. Perbaikan disertai dengan analisis untuk menunjukkan letak dan alasan kesalahan.

Perbedaan dengan Grammarly

Sipebi mendapatkan sambutan positif dari publik. Bahkan, tak sedikit pula yang membandingkan aplikasi ini dengan Grammarly, aplikasi populer yang digunakan untuk mengoreksi tata bahasa dalam teks berbahasa Inggris.

Ian mengaku senang dengan tanggapan positif tersebut. Akan tetapi, pada saat bersamaan, ia juga khawatir terhadap ekspektasi tinggi yang muncul dari masyarakat.

"Ketika saya mendengar itu (perbandingan dengan Grammarly) saya senang karena mendapat sambutan cukup hangat. Tapi, saya juga merasa takut pada saat bersamaan," ujar Ian.

"Kalau dibandingkan dengan Grammarly, Sipebi ini; pertama beda lapisan. Dan kedua masih jauh lebih kecil. Ibarat bayi dibandingkan dengan orang dewasa," ujar Ian.

Menurut Ian, perbedaan antara Sipebi dan Grammarly adalah pada lapisan pekerjaan yang dilakukan oleh kedua aplikasi tersebut.

Ian mengatakan, Grammarly melakukan perbaikan pada tata bahasa, bukan hanya ejaan seperti yang dikerjakan oleh Sipebi.

"Itu (Grammarly) sangat tinggi sebenarnya. Mereka memakai teknik natural language processing, mungkin di dalamnya juga terdapat artificial intelligence dan data yang sangat masif. Sedangkan Sipebi ini sebenarnya hanya aplikasi penyuntingan ejaan," kata Ian.

Akan tetapi, Ian tidak menutup kemungkinan bahwa Sipebi nantinya dapat terus dikembangkan sehingga memiliki fitur kebahasaan yang lebih kaya. Misalnya, mampu mengoreksi tata bahasa dalam bahasa Indonesia.

"Saya sendiri berharap supaya Sipebi ini bisa terus dikembangkan, dan kalau aplikasinya sudah mapan adalah mungkin bagi kita untuk membuat satu aplikasi yang lapisannya di atas Sipebi, dengan menggunakan Sipebi," kata Ian.

"Sipebi itu menjadi aplikasi yang menyunting ejaan, tetapi kita bisa mungkin membuat aplikasi tata bahasa yang sebagian dari fiturnya menggunakan fitur Sipebi. Itu mungkin," ujar dia. 

Bagi Anda yang tertarik menggunakan Sipebi, aplikasi ini dapat diunduh melalui laman resmi KBBI daring di tautan berikut ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com