Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Molnupiravir, Obat yang Dipesan RI untuk Tangani Covid-19

Kompas.com - 09/11/2021, 08:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Molnupiravir, obat yang diklaim untuk penanganan Covid-19, kini mulai dipergunakan di sejumlah negara di dunia.

Obat berbentuk pil produksi perusahaan farmasi Amerika Serikat (AS) Merck.

Inggris menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan pil Molnupiravir. Sementara itu, Indonesia sedang mengusahakan lisensinya agar bisa diproduksi di dalam negeri.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Indonesia akan membeli sekitar 600.000 hingga 1 juta pil molnupiravir.

Pembelian tersebut dilakukan sebagai langkah antisipasi jikalau terjadi lonjakan kasus Covid-19 akhir tahun.

“Rencananya kita akan beli dulu sementara 600.000 sampai 1 juta tablet bulan Desember,” kata Budi dalam rapat kerja Komisi IX DPR, dikutip dari Kompas.com, Senin (8/11/2021).

Berikut hal-hal yang perlu diketahui soal Molnupiravir:

Baca juga: Luhut Sebut RI Negosiasi untuk Dapat Lisensi Pil Obat Covid-19 Molnupiravir

Apa itu molnupiravir?

Melansir Medical News Today (14/10/2021), molnupiravir merupakan obat yang termasuk dalam antivirus yang disebut ribonukleosida mutagenik.

Obat jenis ini mampu mengubah materi genetik virus dan mengacaukannya, sehingga mencegah virus bereplikasi.

Cara kerja molnupiravir

Cara kerja molnupiravir adalah di dalam tubuh sel, molnupiravir akan diubah menjadi molnupiravir triphosphate.

Ketika virus mencoba bereplikasi, molnupiravir triphosphate ini akan dimasukkan ke dalam RNA virus, sehingga menyebabkan mutasi.

Mutasi akan menghentikan replikasi virus. Hal ini lah yang membuat jumlah virus dalam tubuh tetap rendah dan mengurangi keparahan penyakit yang ditimbulkan.

Baca juga: Selain Molnupiravir, RI Jajaki Proxalutamide dan AT-527, Obat Apa Itu?

Klaim efektifitas molnupiravir

Berdasarkan laman resmi Merck, analisis sementara dari molnupiravir, mengklaim obat ini mampu mengurangi risiko rawat inap atau kematian hingga sekitar 50 persen.

Efek samping molnupiravir

Berdasarkan informasi di laman Yalemedicine.org, molnupiravir dapat dikatakan aman dan tidak memiliki efek samping serius pada penggunanya.

Hal itu terlihat dari hasil uji coba yang dilakukan.

Kendati demikian, Spesialis penyakit menular Yale Medicine Jaimie Meyer mencatat, dalam uji klinisnya, Merck tidak menguji obat tersebut pada wanita hamil.

“Dalam uji coba, mereka tidak hanya mengecualikan wanita yang sedang hamil, menyusui, atau KB, tetapi mereka juga memberi tahu laki-laki yang terdaftar dalam uji coba untuk tidak boleh melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan perempuan selama seminggu setelah mereka mengonsumsi molnupiravir," kata dia.

Baca juga: Inggris Setujui Molnupiravir sebagai Obat Covid-19, Ini Cara Kerjanya

Molnupiravir untuk siapa?

Mereka yang disarankan menggunakan molnupiravir adalah orang-orang yang sudah menunjukkan gejala Covid-19.

Artinya, pil ini bukan untuk mencegah Covid019 dan dikonsumsi secara bebas.

Merck memberikan obat ini ke orang dewasa yang berisiko tinggi, salah satunya lansia di atas 60 tahun.

Merck sendiri sedang mencari izin penggunaan darurat (EUA) molnupiravir untuk orang dewasa yang berisiko tinggi tersebut.

Dalam uji klinis, molnupiravir sebagian besar diberikan kepada orang yang berusia di atas 60 tahun atau mereka yang memiliki komorbid diabetes, penyakit jantung, atau obesitas.

Molnupiravir tidak bisa menggantikan vaksin

Meski diklaim dapat tangani Covid-19, molnuliravir tetap tidak bisa menggantikan vaksin Covid-19.

Vaksinasi tetap dibutuhkan untuk mencegah terjadinya infeksi dan memperlambat penyebaran virus dalam tubuh.

Orang yang divaksinasi memiliki peluang yang jauh lebih rendah untuk sakit parah dan membutuhkan bantuan peralatan medis.

Oleh karena itu, sekalipun nanti molnupiravir sudah disahkan dan digunakan secara luas, orang-orang tetap harus mendapatkan vaksin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com