Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Pekan Sintang Kalbar Terendam Banjir, Ini Penyebab dan Dampaknya

Kompas.com - 07/11/2021, 19:45 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Lebih dari dua pekan banjir melanda wilayah Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) sejak Kamis (21/10/2021).

Pada Sabtu malam (6/11/2021) pukul 21.13 WIB tinggi muka air mengalami dilaporkan kembali mengalami kenaikan. 

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, ada 12 kecamatan yang tergenang banjir, mulai dari Kecamatan Binjai Hulu hingga Sintang.

“Pantauan BPBD setempat tinggi muka air mengalami kenaikan kembali. Hingga kini, Kabupaten Sintang masih berada pada status tanggap darurat,” kata Muhari kepada Kompas.com, Minggu (7/11/2021).

Baca juga: 2 Pekan Sintang Kalbar Terendam Banjir, 2 Orang Meninggal, 87.496 Jiwa Terdampak

Wilayah terdampak banjir

Pihaknya mengatakan berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sintang ketinggian muka air berkisar 1 hingga 3 meter.

Adapun 12 kecamatan yang terdampak banjir yakni sebagai berikut:

  1. Kecamatan Kayan Hulu
  2. Kecamatan Kayan Hilir
  3. Kecamatan Binjai Hulu
  4. Kecamatan Sintang
  5. Kecamatan Tempunak
  6. Kecamatan Sepauk
  7. Kecamatan Ketungau Hilir
  8. Kecamatan Dedai
  9. Kecamatan Serawai
  10. Kecamatan Ambalau
  11. Kecamatan Sei Tabelian
  12. Kecamatan Kelam Permai

Sampai dengan Sabtu, ada sebanyak 24.522 kepala keluarga atau sekitar 87.496 jiwa terdampak banjir.

Banjir juga mengakibatkan dua warga meninggal, masing-masing di Kecamatan Tempunak dan Binjai.

Kerugian sementara tercatat sebanyak 21.000 unit rumah dan 5 jembatan terdampak, termasuk sejumlah sarana tempat ibadah terendam air.

Baca juga: 2 Warga Meninggal dan 21.000 Rumah Terendam akibat Banjir di Sintang Kalbar

 

Penyebab banjir

Dikutip dari Kompas.id, penyebab banjir diduga akibat degradasi lingkungan khususnya kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang kritis.

Kabupaten Sintang, memiliki alokasi kawasan hutan sebesar 59 persen dari luas wilayahnya atau sekitar 1,3 juta hektare dari total luas Sintang 2 juta ha.

Berdasarkan data Balai Pengelola DAS dan Hutan Lindung Kapuas, dari sekitar 14 juta ha luas DAS di Kalbar (termasuk Sintang), sekitar 1,01 juta ha di antaranya dalam kondisi kritis, di antaranya DAS Kapuas.

Baca juga: Terendam Banjir 1 Meter, Jalan Sintang-Melawi Kalbar Lumpuh

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar Nikodemus Ale mengungkapkan bahwa sebagian besar DAS kritis.

Menurut Ale sebagian besar daerah penyangga DAS Kapuas mengalami deforestasi karena pembukaan tutupan hutan untuk aktivitas ekstraktif.

”Yang perlu dilakukan adalah peninjauan ulang tata ruang. Perizinan yang ada hendaknya ditinjau ulang,” kata Ale. 

Sementara itu, pengajar Hidrologi Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak Kiki Prio Utomo mengungkapkan, banjir di Sintang disebabkan perubahan tata guna lahan atau pemanfaatan lahan.

Ia mengatakan, pada dasarnya Sintang secara alamiah adalah daerah yang akan kebanjiran karena berada di tengah dari DAS Kapuas serta adanya beberapa anak sungai lainnya.

Akan tetapi, jika melihat data yang ada, pada tahun 2021 banjir besar sudah terjadi beberapa kali. Padahal antara tahun 2017-2021, banjir terjadi setiap tahun.

Hanya pada tahun 2019 tidak dilaporkan ada banjir. Meskipun di tahun 2018 tahun yang relatif kering, tetapi masih terjadi banjir.

"Artinya memang secara alamiah risiko banjirnya ada,” kata Kiki. 

Baca juga: Dua Pekan Sintang Kalbar Terendam Banjir, Akses Kendaraan Dalam Kota Nyaris Lumpuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com