Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog Temukan Kamar Tidur Budak di Reruntuhan Kota Kuno Pompeii

Kompas.com - 07/11/2021, 11:02 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Arkeolog menemukan sisa-sisa kamar tidur budak di reruntuhan kota kuno Pompeii, yang terkubur oleh erupsi Gunung Vesuvius hampir 2.000 tahun lalu.

Melansir AFP, Sabtu (6/11/2021), kamar kecil yang berisi tiga tempat tidur, sebuah guci keramik, dan kotak kayu itu ditemukan oleh arkeolog saat melakukan penggalian di Villa of Civita Giuliana.

Lokasi tersebut merupakan sebuah vila pinggiran kota yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari reruntuhan kota kuno Pomepii.

Pada awal tahun ini, arkeolog juga menemukan sebuah kereta kuda Romawi dalam keadaan nyaris utuh lengkap dengan hiasannya, di lokasi yang sama.

Penggalian di Villa of Civita Giuliana diluncurkan sejak 2017, dan bertujuan memerangi aktivitas ilegal di daerah tersebut, termasuk penggalian terowongan untuk merampok artefak yang dapat dijual di pasar gelap.

Villa Civita Giuliana telah menjadi sasaran penjarahan sistematis selama bertahun-tahun.

Ada bukti bahwa beberapa "warisan arkeologi" di ruangan yang disebut "Ruang Budak" ini juga telah hilang akibat penjarah.

Kerugian akibat aksi penjarah makam di lokasi bersejarah tersebut diperkirakan mencapai hampir 2 juta euro atau sekitar Rp 33 miliar.

Baca juga: Arkeolog Temukan Kereta Kuno Romawi Berusia 2.000 Tahun di Pompeii

Tempat tinggal budak

Arkeolog Pompeii mengatakan telah menemukan sisa-sisa ruang budak dalam penemuan yang sangat langka di sebuah vila Romawi, yang dihancurkan oleh letusan Gunung Vesuvius hampir 2.000 tahun yang lalu.
POMPEII SITES via TWITTER Arkeolog Pompeii mengatakan telah menemukan sisa-sisa ruang budak dalam penemuan yang sangat langka di sebuah vila Romawi, yang dihancurkan oleh letusan Gunung Vesuvius hampir 2.000 tahun yang lalu.
Menurut para arkeolog, ruangan yang mereka temukan kemungkinan adalah tempat tinggal para budak yang ditugaskan untuk mengurus dan menyiapkan kereta kuda.

Direktur Jenderal Pompeii Gabriel Zuchtriegel mengatakan, temuan ini mengungkap kehidupan dari kaum-kaum yang selama ini tidak diketahui dalam catatan sejarah.

"Ini adalah jendela untuk melihat realitas orang-orang yang jarang muncul dalam sumber-sumber sejarah, yang ditulis hampir secara eksklusif oleh kaum elit," kata Zuchtriegel.

Ia menambahkan, bukti-bukti otentik yang menunjukkan cara hidup kaum marjinal pada masyarakat kuno merupakan salah satu penemuan paling menarik dalam hidupnya sebagai seorang arkeolog.

Pengurus kereta kuda

Kereta pernikahan era Pompeii yang ditemukan terkubur abu vulkanik Gunung Vesuvius. Peneliti menjuluki temuan ini Lamborghini karena saking mewahnya pada zamannya.TAMAN ARKEOLOGI POMPEII via NPR Kereta pernikahan era Pompeii yang ditemukan terkubur abu vulkanik Gunung Vesuvius. Peneliti menjuluki temuan ini Lamborghini karena saking mewahnya pada zamannya.
Ruangan yang ditemukan oleh para arkeolog itu berukuran 16 meter persegi dan merupakan gabungan antara kamar tidur dengan gudang.

Di dalamnya terdapat tiga ranjang, satu berukuran anak-anak, dan delapan bejana yang tersimpan di sudut ruangan.

Kotak kayu yang ditemukan dalam ruangan tersebut berisi logam dan kain, yang tampaknya merupakan bagian dari tali kekang kuda.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Tren
Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Tren
Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com