WHO menegaskan, saat ini pemberian vaksin diharapkan dapat melindungi seseorang dari rawat inap, mengembangkan penyakit yang parah, dan kematian.
Sehingga, dosis booster kemungkinan hanya diperlukan jika ada butki perlindungan yang tidak memadai terhadap penyakit ini dari waktu ke waktu.
Tingkat penurunan kekebalan dan kebutuhan dosis booster vaksin kemungkinan berbeda antar produk vaksin, target populasi, intensitas paparan, dan virus yang bersirkulasi, khususnya varian-varian yang menjadi perhatian.
Baca juga: Kriteria Vaksin Booster untuk Masyarakat Umum Menurut ITAGI
Korelasi antara kekebalan perlindungan maupun durasi perlindungan telah ditetapkan.
Studi menunjukkan korelasi antara kemanjuran atau efektivitas vaksin yang berbeda terhadap penyakit simtomatik dan rata-rata menetralkan titer antibodi yang diinduksi oleh vaksin tersebut dalam jangka pendek.
Tapi, tidak jelas apakah penurunan titer dari waktu ke waktu sejak vaksinasi menunjukkan penurunan efektivitas vaksin, terutama terhadap varian-varian yang menjadi perhatian.
Sementara data tentang imunogenisitas, beberapa vaksin menunjukkan bahwa antibodi bertahan setidaknya selama enam bulan, dan telah dilaporkan adanya penurunan antibodi penetralisir.
Meskipun mungkin terdapat perlindungan terhadap infeksi oleh SARS-CoV-2 yang hilang, perlindungan terhadap penyakit parah lebih tahan lama dipertahankan karena humoral anamnestik dan imunitas seluler.
Baca juga: Jokowi Ingin Booster Vaksinasi Covid-19 Mulai Disuntikkan Awal 2022