Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Saat Ini Perlu Booster Vaksin Covid-19? Ini Penjelasan WHO

Tujuan program vaksinasi saat ini adalah untuk melindungi orang-orang dari paparan virus, termasuk mengurangi penularan dan kemungkinan munculnya lebih banyak varian.

Sementara itu, sejumlah tenaga kesehatan Indonesia telah menerima vaksin booster atau vaksin dosis ketiga.

Masih dibutuhkan pendalaman lebih lanjut mengenai manfaat pemberian dosis ketiga terhadap peningkatan respons imun. Pemberian dosis ketiga, perlu dipantau untuk masalah keamanan.

Menurut Kementeiran Kesehatan (Kemenkes), saat ini pemberian vaksin booster hanya diperuntukkan bagi tenaga kesehatan.

Namun, tidak menutup kemungkinan akan dilakukan pemberian vaksin ketiga kepada selain tenaga kesehatan.

Bagaimana pandangan WHO mengenai vaksin booster?

Melansir situs Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dosis booster diberikan kepada orang yang telah menyelesaikan serangkaian vaksinasi primer (tergantung dari vaksin yang digunakan, baik satu dosis atau dua dosis), dan seiring waktu kekebalan tubuh telah turun di bawah tingkat yang dianggap cukup.

Tujuan dari pemberian dosis booster adalah mengembalikan efektivitas vaksin dari yang dianggap tidak mencukupi lagi.

Sementara itu, dosis tambahan vaksin mungkin diperlukan sebagai bagian dari serangkaian vaksin primer yang diperluas untuk orang dengan tingkat respons imun standar tidak mencukupi.

Ini untuk mengoptimalkan atau meningkatkan respons imun untuk menetapkan tingkat efektivitas yang cukup terhadap penyakit.

Secara khusus, orang dengan kondisi immunoccompromised atau gangguan sistem imun sering gagal meningkatkan respons imun protektif setelah serangkaian vaksinasi standar, begitu juga orang dewasa yang lebih tua.


WHO menegaskan, saat ini pemberian vaksin diharapkan dapat melindungi seseorang dari rawat inap, mengembangkan penyakit yang parah, dan kematian.

Sehingga, dosis booster kemungkinan hanya diperlukan jika ada butki perlindungan yang tidak memadai terhadap penyakit ini dari waktu ke waktu.

Tingkat penurunan kekebalan dan kebutuhan dosis booster vaksin kemungkinan berbeda antar produk vaksin, target populasi, intensitas paparan, dan virus yang bersirkulasi, khususnya varian-varian yang menjadi perhatian.

Alasan pemberian vaksin booster

1. Menurunnya kekebalan

Korelasi antara kekebalan perlindungan maupun durasi perlindungan telah ditetapkan.

Studi menunjukkan korelasi antara kemanjuran atau efektivitas vaksin yang berbeda terhadap penyakit simtomatik dan rata-rata menetralkan titer antibodi yang diinduksi oleh vaksin tersebut dalam jangka pendek.

Tapi, tidak jelas apakah penurunan titer dari waktu ke waktu sejak vaksinasi menunjukkan penurunan efektivitas vaksin, terutama terhadap varian-varian yang menjadi perhatian.

Sementara data tentang imunogenisitas, beberapa vaksin menunjukkan bahwa antibodi bertahan setidaknya selama enam bulan, dan telah dilaporkan adanya penurunan antibodi penetralisir.

Meskipun mungkin terdapat perlindungan terhadap infeksi oleh SARS-CoV-2 yang hilang, perlindungan terhadap penyakit parah lebih tahan lama dipertahankan karena humoral anamnestik dan imunitas seluler.


2. Efektivitas vaksin

Sebagian besar studi tentang durasi perlindungan merupakan studi observasional, meskipun seringkali sulit untuk ditafsirkan karena faktor pembaur.

Data yang muncul secara konsisten menunjukkan penurunan efektivitas vaksin terhadap infeksi dan bentuk Covid-19 yang lebih ringan dari waktu ke waktu.

Sehubungan dengan durasi perlindungan terhadap penyakit yang memerlukan rawat inap, data saat ini menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi secara keseluruhan, meskipun data bervariasi antar kelompok usia, populasi target, dan produk.

Sebagian besar infeksi diamati pada populasi yang tidak divaksinasi, dan jika infeksi terobosan terjadi pada orang yang divaksinasi, dilaporkan kelompok ini dalam banyak kasus kurang parah dibandingkan pada orang yang tidak divaksinasi.

3. Pasokan vaksin dan pemerataan

Keputusan kebijakan program vaksinasi nasional untuk menambahkan dosis booster harus mempertimbangkan kekuatan bukti mengenai perlunya dosis ini, keamanan dan efektivitasnya, serta ketersediaan vaksin secara global.

Menawarkan dosis booster untuk sebagian besar populasi ketika banyak yang belum menerima vaksin bahkan dosis pertama, dapat merusak prinsip kesetaraan nasional dan global.

Memprioritaskan dosis booster di atas kecepatan dan luasnya cakupan dosis awal juga dapat merusak prospek mitigasi global pandemi, dengan implikasi parah bagi kesehatan, kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat secara global.

WHO menegaskan, perlu kajian mengenai kebutuhan dosis booster, seperti tingkat keparahan penyakit, usia, komordibitas, kelompok risiko, paparan, jenis vaksin, dan waktu.


Selain itu, diperlukan kajian mengenai khasiat, efektivitas, durasi perlindungan vaksin, hingga bukti-bukti tambahan dari studi imunologi tentang antibodi yang mengikat dan menetralkan dari waktu ke waktu.

Untuk sebagian besar vaksin yang terdaftar dalam penggunaan darurat, studi klinis skala kecil telah dilakukan yang menunjukkan kemampuan kuat untuk meningkatkan respons imun, mengikuti vaksinasi primer yang saat ini direkomendasikan.

Pertimbangan lainnya yaitu waktu optimal dari dosis booster, kemungkinan penghematan dosis untuk dosis booster, kebutuhan booster pada orang yang sebelumnya terinfeksi, spesifikasi dan prioritas populasi berisiko tinggi, kelayakan dan keberlanjutan program, serta permintaan masyarakat sebagai pertimbangan ekuitas.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/10/27/065908165/apakah-saat-ini-perlu-booster-vaksin-covid-19-ini-penjelasan-who

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke