Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia akan Separah Apa? Ini Kata Kemenkes

Kompas.com - 23/10/2021, 06:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 pasti melanda Indonesia.

Menurut berbagai studi terkait, Nadia mengatakan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 memiliki sifat yang bisa menimbulkan gelombang epidemi berkali-kali, sehingga lonjakan infeksinya tidak cukup dengan satu gelombang.

Hal ini berkaca dari gelombang ketiga Covid-19 yang terjadi di negara dengan cakupan vaksinasi tinggi seperti di beberapa negara Eropa salah satunya Inggris, serta Amerika Serikat.

"Gelombang ketiga itu niscaya pasti terjadi, karena banyak negara yang saat ini sudah mengalami gelombang ketiga, di mana mereka memiliki cakupan vaksinasi yang tinggi, juga memiliki tingkat prokes yang sudah baik," ungkap Nadia, dalam webinar VivaTalk, Kamis (21/10/2021).

Gelombang ketiga ini diprediksi terjadi setelah Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Karena pada peringatan tersebut, mobilitas masyarakat meningkat.

"Setiap ada peningkatan pergerakkan atau mobilitas, itu selalu terjadi peningkatan kasus Covid-19," imbuh dia.

Lantas, seberapa parahkah lonjakan kasus Covid-19 gelombang ketiga di Indonesia?

Baca juga: Peringatan Luhut soal Gelombang Ketiga Covid-19 dan Prediksi Epidemiolog

Didominasi varian Delta

Terkait dengan prediksi dan antisipasi gelombang ketiga Covid-19, Nadia mengatakan sudah ada beberapa modeling yang dibuat oleh ahli epidemiologi.

"Beberapa ahli epidemiologi itu telah membuat beberapa modeling, ada yang kemudian dia bisa sama dengan kondisi 2020-2021, bisa sedikit meningkat, atau bahkan bisa lebih tinggi dibandingkan bulan Juli 2021," ungkap Nadia.

Berdasarkan modeling tersebut, Nadia mengatakan pola penularan Covid-19 hingga saat ini masih didominasi varian Delta. Varian ini memiliki tingkat penularan yang lebih cepat sehingga berpotensi meningkatkan kasus Covid-19.

Akibatnya, ada kemungkinan gelombang ketiga nantinya bisa lebih tinggi dari gelombang-gelombang sebelumnya.

"Kalau kita bandingkan gelombang pertama, pasti kemungkinan akan lebih tinggi, karena kita tahu jenis virusnya berbeda. Bahkan kita tahu, kita mengalami yang jauh lebih tinggi kasusnya di Juli kemarin," tutur dia.

Di Indonesia sendiri, varian Delta adalah varian yang paling banyak di antara kasus infeksi Covid-19 di Indonesia.

"Ternyata juga merupakan varian yang paling banyak ada di negara kita. Hampir 90 sampai 98 persennya adalah varian Delta," kata Nadia.

Baca juga: 5 Langkah Satgas Covid-19 Menghadapi Ancaman Potensi Gelombang Ketiga

Antisipasi gelombang ketiga

Nadia mengungkapkan bahwa positivity rate Indonesia berada di angka 1,6 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Vasektomi Gratis dan Dapat Uang Imbalan, Ini Penjelasan BKKBN

Tren
Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Pendaftaran CPNS 2024 Diundur hingga Juni 2024, Ini Alasan Kemenpan-RB

Tren
Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Profil Jajang Paliama, Mantan Pemain Timnas yang Meninggal karena Kecelakaan

Tren
Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Dampak Badai Magnet Ekstrem di Indonesia, Sampai Kapan Terjadi?

Tren
Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Tren
Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Penelitian Ungkap Lari Bisa Menyembuhkan Patah Hati, Berapa Durasinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com