Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saksikan Puncak Hujan Meteor Orionid Malam Ini, Tak Perlu Gunakan Alat Bantu!

Kompas.com - 21/10/2021, 17:04 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Intensitas meteor

Lebih lanjut, Andi mengatakan, saat puncak hujan Meteor Orionid terjadi, intensitasnya 13-14 meteor per jam.

Kecepatan turunnya Meteor Orionid bisa mencapai 66 kilometer (km) per detik, atau 237.600 km/jam.

"Hujan Meteor Orionid berasal dari sisa debu komet Halley yang mengorbit Matahari setiap 76 tahun sekali," kata dia.

Baca juga: Viral Foto Awan Mirip Ombak di Langit Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG

Hujan meteor ini merupakan salah satu di antara beberapa hujan meteor lain yang dinantikan setiap tahunnya, selain Leonid, Geminid, Lydird, dan Perseid.

Andi menuturkan, adanya fenomena astronomi hujan Meteor Orionid tersebut tidak perlu dikhawatirkan oleh masyarakat lantaran ukuran meteorid yang tak lebih dari 10 meter.

"Sejauh ini tidak perlu dikhawatirkan karena meteoroid berukuran kurang dari 10 meter, sehingga habis terbakar atmosfer Bumi," ujar dia.

"Tetapi kami tetap memantau jika terjadi fireball maupun bolide yang akan terjadi sewaktu-waktu," tandasnya.

Baca juga: Jangan Lupa, Puncak Hujan Meteor Sextantid Bisa Disaksikan Besok Subuh

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com