Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Lama Kekebalan Alami Covid-19 Bertahan?

Kompas.com - 21/10/2021, 06:30 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bisakah orang yang pernah terinfeksi Covid-19 tertular kembali untuk kedua kalinya? 

Atau berapa lama kekebalan alami Covid-19 bertahan pada seseorang yang sudah pernah terinfeksi? 

Virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 diketahui telah menginfeksi ratusan juta orang di dunia.

Baca juga: UPDATE Corona 20 Oktober: Latvia Umumkan Lockdown, Kasus dan Kematian Harian Tertinggi di Selandia Baru-Rusia

Terinfeksi ulang

Terdapat laporan bahwa beberapa orang tertular Covid-19 lebih dari sekali, namun jumlah ini terlalu kecil untuk melakukan studi epidemiologi.

Artinya, sulit untuk menentukan lamanya kekebalan yang diberikan oleh infeksi corona berlangsung.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di The Lancet Microbe menyebutkan, para peneliti melakukan analisis data mengenai virus, termasuk lamanya kekebalan setelah Covid-19 dapat bertahan.

Sebuah tim dari Yale School of Public Health di New Haven, CT, dan University of North Carolina di Charlotte melihat gen dari 177 virus corona yang diketahui mempengaruhi manusia.

Para peneliti kemudian menentukan kerabat virus terdekat dari SARS-CoV-2, dan teridentifikasi lima virus yang memenuhi kriteria, termasuk SARS-CoV penyebab wabah SARS (2003), corona penyabab MERS-CoV (2012), dan virus penyebab flu biasa.

Kemudian, dilakukan analisis data tentang penurunan tingkat antibodi dari waktu ke waktu, dari 128 hari hingga 28 tahun setelah infeksi, dan meneliti risiko infeksi ulang pada tingkat antibodi yang berbeda untuk virus tersebut.

Berdasarkan informasi ini, para peneliti memperkirakan kekebalan alami dari orang yang pernah terinfeksi Covid-19 kemungkinan akan bertahan kurang dari setengahnya.

Para ahli menemukan, infeksi ulang SARS-CoV-2 pada orang yang belum menerima vaksin dapat terjadi segera setelah 3 bulan seusai infeksi awal, dengan risiko rata-rata infeksi ulang dalam 16 bulan, dalam kondisi endemik.

Baca juga: Studi CDC: Pasien Sembuh Covid-19 yang Tidak Vaksin, 2 Kali Lipat Berisiko Terinfeksi Ulang

 

Kekebalan alami bertahan 6 bulan

Melansir Medical News Today, studi tersebut menunjukkan bahwa kekebalan alami yang didapatkan di luar vaksinasi dapat bertahan 3-6 bulan setelah terpapar virus.

Studi ini dapat membantu orang untuk mendapatkan vaksinasi,” ujar profesor ilmu kesehatan di University of Wisconsin-Madison Dr. Ajay Sethi, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Menurut Ajay, penelitian telah menunjukkan bahwa vaksinasi setelah infeksi alami menghasilkan respons imun yang lebih kuat dibandingkan dengan vaksinasi tanpa riwayat Covid-19 sebelumnya.

Menilik Our World in Data, hampir setengah dari populasi dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin corona.

Vaksin dipercaya dapat mengurangi keparahan penyakit, tapi tidak memberikan perlindungan penuh terhadap virus corona.

Baca juga: Cara Mencegah Infeksi Ulang Virus Corona

Studi mencampur vaksin

Dituliskan Business Today, sebuah studi menunjukkan pencampuran vaksin sangat efektif melawan virus corona.

Sebuah penelitian nasional di Swedia yang diterbitkan The Lancet Regional Health-Erupoe, orang yang menerima suntikan pertama vaksin Oxford-AstraZeneca diikuti vaksin mRNA, mempunyai risiko infeksi yang lebih rendah dibandingkan orang yang divaksinasi dengan kedua dosis AstraZeneca.

Di Swedia, penggunaan vaksin berbasis vektor AstraZeneca dihentikan untuk orang berusia di bawah 65 tahun dikarenakan masalah kemanan, dan semua orang yang telah menerima dosis pertama vaksin ini direkomendasikan mendapatkan vaskin mRNA sebagai vaksin dosis kedua.

“Penelitian kami menunjukkan pengurangan risiko yang lebih besar untuk orang yang menerima vaksin mRNA setelah menerima dosis pertama berbasis vektor, dibandingkan orang yang menerima vaksin berbasis vektor kedua dosis,” ujar Peter Nordstrom, seorang profesor di Universitas Umea, Swedia.

Studi ini didasarkan pada data registrasi nasional dari Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, Dewan Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional, dan Statistik Swedia.

Baca juga: [HOAKS] 600 Pelajar China Disuntik Vaksin di DKI Jakarta

 

Analisis utama melibatkan sekitar 700.000 orang.

Selama periode tindak lanjut rata-rata 2,5 bulan setelah dosis kedua, penelitian menunjukkan risiko infeksi sebesar 67 persen lebih rendah untuk kombinasi vaksin AstraZeneca dan Pfizer.

Ada risiko infeksi 79 persen lebih rendah untuk vaksin AstraZeneca dan Moderna, dibandingkan dengan individu yang tidak divaksinasi.

Bagi orang yang sudah menerima dua dosis vaksin AstraZeneca, yang dikenal sebagai Covishield di India, pengurangan risikonya sebesar 50 persen.

Baca juga: [HOAKS] Pilot Meninggal dalam Penerbangan Setelah Suntik Vaksin Kedua

Perkiraan risiko diamati setelah memperhitungkan perbedaan mengenai tanggal vaksinasi, usia, status sosial ekonomi, dan faktor risiko lain untuk Covid-19.

Para peneliti mencatat bahwa studi perkiraan efektivitas berlaku untuk infeksi varian Delta, yang mendominasi kasus terkonfirmasi selama masa tindak lanjut.

Kendati begitu, WHO mentakan perlunya penelitian lebih besar untuk menyelidiki keamanan dan efektivitas terhadap hasil klinis dari vaksinasi campuran.

Studi sebelumnya telah menunjukkan vaksin campuran menghasilkan respons imun yang kuat, namun belum jelas sejauh mana dapat mengurangi risiko infeksi klinis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com