Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Dikutip dari Kontan, BPOM menegaskan bahwa vaksin Sinovac tidak mengandung bahan dari babi.
"Berdasarkan data yang diberikan Sinovac, bahan yang menyangkut, bahan aktif atau pendukung menunjukkan tidak mengandung babi," jelas Kepala BPOM Penny Lukito saat rapat dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (17/11).
Penny menambahkan, bahan yang biasanya menggunakan komponen babi tersebut telah diganti. Pada vaksin Sinovac, hal itu menggunakan rekayasa genetik.
Sementara itu, ahli biologi molekular Ahmad Utomo mengatakan, bahwa vaksin Sinovac telah menggunakan filtrasi bertingkat, sehingga tidak ada lagi barang-barang yang perlu dikhawatirkan.
Dia menjelaskan, ketika virus sudah difiltrasi, tidak ada lagi komponen seperti sel kera, sesuatu yang mengandung babi, dan sebagainya.
"Dan tidak mungkin BPOM akan memberikan izin digunakan untuk vaksinasi, tanpa diuji keamanannya," kata dia, dikutip dari Kompas.com.
Pihak AstraZeneca sebelumnya juga telah menegaskan bahwa vaksinnya tidak bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya.
Diyakinkan pula oleh pihak AstraZeneca bahwa vaksin ini telah disetujui di lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan termasuk oleh negara-negara muslim.
Di antaranya seperti Arab Saudi, UEA, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair, Maroko dan banyak Dewan Islam di seluruh dunia telah telah menyatakan sikap bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk digunakan oleh umat Muslim.
Virologist sekaligus Dosen Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. rer. nat. apt. Aluicia Anita Artarini juga menyebut produk jadi vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak mengandung tripsin babi.
"Produk jadi vaksin AstraZeneca tidak mengandung babi," kata Anita dalam diskusi daring Maret 2021, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
Menurutnya, tripsin digunakan untuk melepas sel inang oleh supplier sebelum dibeli oleh Oxford-AstraZeneca, dan tidak bersinggungan langsung dengan vaksin.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito dikutip dari wawancara dengan majalah Tempo edisi 20 Maret 2021 menyebut AstraZeneca sudah tidak mengandung babi.
Dia mengatakan, enzim tripsin sudah hilang dalam tahap pembuatan vaksin sehingga BPOM menganggap produk akhir vaksin Astrazeneca tidak mengandung babi.
Dikutip dari DW, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa penggunaan vaksin AstraZeneca pada Selasa (16/3/2021).