Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Equinox di Sejumlah Wilayah Indonesia, Ini Penjelasan Lapan

Kompas.com - 23/09/2021, 15:01 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sejumlah wilayah di Indonesia mengalami fenomena equinox atau ekuinoks pada hari ini, Kamis (23/9/2021).

Terjadinya fenomena equonox di wilayah Indonesia dibenarkan oleh Peneliti Pusat Riset Sains Antariksa Lapan-BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin, saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis siang/

“Betul sekali, hari ini terjadi ekuinoks September yang puncaknya terjadi pada pukul 02.21 WIB,” ujar Andi Pangerang Hasanuddin.

Apa itu fenomena equinox?

Andi menjelaskan, equinox atau ekuinoks adalah fenomena astronomis ketika lintasan semu harian matahari berada di garis khatulistiwa.

Equinox hari ini tanpa bayangan yang dikhususkan di khatulistiwa saja,” ujar dia.

Baca juga: Peringatan Hari Keantariksaan Nasional, LAPAN Ajak Matikan Lampu 

 

Wilayah yang mengalami ekuinoks adalah wilayah yang dilalui garis khatulistiwa seperti kota Bonjol (Sumatera Barat) dan Pontianak (Kalimantan Barat).

Fenomena equinox terjadi dua kali dalam setahun yakni sekitar 21 Maret dan 23 September 2021.

Memahami fenomena equinox

Saat ditanya apakah fenomena ini dapat menyebabkan terjadinya bencana tertentu, Andi mengatakan, masyarakat tak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.

“Tidak perlu khawatir, karena hanya akan membuat intensitas Matahari lebih besar ketika tengah hari karena matahari tepat di atas kepala bagi wilayah di garis khatulistiwa,” ujar dia.

Andi mengatakan, fenomena ini hanya akan membuat suhu agak lebih panas, terutama jika wilayah tersebut tidak tertutupi awan saat tengah hari.

Ia menjelaskan fenomena equinox bisa terjadi karena Bumi mengitari Matahari dengan orbit yang miring 66,5 derajat terhadap bidang edarnya.

Hal ini membuat kadang belahan Bumi bagian utara agak condong ke Matahari dan pada saat yang lain belahan Bumi bagian selatan agak condong ke Matahari.

Di media sosial, sejak kemarin ramai dengan kabar ekuinoks akan menyebabkan lamanya waktu siang dan malam menjadi sama.

Mengenai hal ini, Andi mengatakan, saat equinox terjadi, maka posisi Bumi menjadi tegak.

Akibatnya, seolah-olah waktu siang dan malam menjadi sama panjang.

Yang terjadi, kata dia, sebenarnya waktu siang sedikit lebih panjang daripada waktu malam.

Ia mengatakan, durasi siang dihitung sejak terbit hingga terbenamnya Matah, dan durasi malam dihitung sejak terbenam hingga terbit Matahari.

Andi menjelaskan, saat ekuinoks, Matahari akan terbit lebih cepat 2 menit 16 detik dan terbenam lebih lambat 2 menit 16 detik.

Dengan demikian, panjang siang di khatulistiwa ketika equinox sebesar 12 jam 4,5 menit
sedangkan panjang malam di khatulistiwa ketika  sebesar ekuinoks 11 jam 55,5 menit.

“Semakin tinggi lintang geografis suatu tempat, koreksi waktu terbit dan terbenam matahari akan semakin besar,” ujar Andi.

Berikut ini koreksi waktu terbit dan terbenam Matahari saat ekuinoks di sejumlah wilayah berdasar letak garis lintangnya:

  • 5°LU/LS = 2 menit 17 detik
  • 10°LU/LS = 2 menit 18 detik
  • 15°LU/LS = 2 menit 21 detik
  • 20°LU/LS = 2 menit 25 detik
  • 25°LU/LS = 2 menit 30 detik
  • 30°LU/LS = 2 menit 37 detik
  • 35°LU/LS = 2 menit 46 detik
  • 40°LU/LS = 2 menit 58 detik
  • 45°LU/LS = 3 menit 12 detik
  • 50°LU/LS = 3 menit 32 detik
  • 55°LU/LS = 3 menit 57 detik
  • 60°LU/LS = 4 menit 32 detik
  • 65°LU/LS = 5 menit 22 detik
  • 70°LU/LS = 6 menit 38 detik
  • 75°LU/LS = 8 menit 46 detik
  • 80°LU/LS = 13 menit 04 detik
  • 85°LU/LS = 26 menit 04 detik

Andi menjelaskan, fenomena panjang siang sama dengan panjang malam bukan ekuinoks, tetapi disebut ekuiluks.

Ekuiluks bisa terjadi beberapa hari sebelum dan setelah equinox tergantung dari lintang geografis suatu tempat.

Andi menjelaskan, durasi siang dan malam di suatu tempat normalnya berubah-ubah sesuai dengan kedudukan relatif matahari terhadap khatulistiwa bumi.

“Ada kalanya sama, ada kalanya lebih panjang dan ada kalanya lebih pendek,” ujar dia.

Untuk daerah yang terletak di antara 1,425 derajat Lintang Utara sampai dengan 1,425 derajat Lintang Selatan tak akan mengalami ekuiluks sehingga di khatulistiwa juga tak akan mengalami ekuiluks.

Bagaimana wilayah di luar garis khatulistiwa?

Apakah equinox memengaruhi wilayah di luar garis khatulistiwa?

Andi mengatakan, secara umum hal tersebut tak akan berpengaruh.

Alasannya, setiap daerah memiliki hari kulminasi atau hari tanpa bayangan masing-masing.

Contohnya, di Jawa yang mengalami Hari Tanpa Bayangan antara 6-14 Oktober 2021.

Saat itu, di Pulau Jawa terjadi radiasi Matahari yang diterima akan lebih besar karena sinar yang datang tepat tegak lurus permukaan bumi.

“Karena kebetulan hari ini sinar Matahari tepat tegak lurus permukaan Bumi yang dilalui garis khatulistiwa, maka yang akan paling berpengaruh hanya wilayah-wilayah yang masuk di garis khatulistiwa,” ujar Andi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com