Vaksin Sinopharm telah menjalani uji klinik fase 3 di Uni Emirat Arab dan beberapa negara lainnya dengan 42.000 subjek uji. Hasilnya, vaksin tersebut menunjukkan efikasi sebesar 78,02 persen.
Sementara pengukuran imunogenisitas setelah 14 hari penyuntikan dosis kedua adalah 99,52 persen pada orang dewasa dan 100 persen pada lansia.
Secara umum keamanan vaksin dapat ditoleransi dengan baik dan frekuensi kejadian masing-masing efek samping tersebut adalah 0,01 persen (kategori sangat jarang).
Pada 1 Juli 2021, Badan POM telah menerbitkan EUA untuk vaksin yang diperoleh melalui COVAX facility yang merupakan jalur multilateral dan diproduksi oleh Moderna TX., Inc Amerika Serikat.
Berdasarkan data uji klinik fase 3 pada 21 November 2020, efikasi Moderna adalah sebesar 94,1 persen pada kelompok usia 18 hingga di bawah 65 tahun. Sedangakan pada kelompok usia 65 tahun ke atas sebesar 86,4 persen.
Hasil tersebut diperoleh melalui pengamatan mulai hari ke-14 setelah penyuntikan kedua.
Adapun vaksin Moderna memerlukan sarana penyimpanan pada suhu -20 derajat Celcius.
Berdasarkan data uji klinik fase 3, efikasi vaksin Pfizer pada usia 16 tahun ke atas menunjukan keberhasilan sebanyak 95,5 persen. Sementara pada remaja usia 12-15 tahun sebesar 100 persen.
Data imunogenisitas juga menunjukkan pemberian 2 dosis vaksin Comirnaty dalam selang 3 minggu menghasilkan respons imun yang baik.
Sebagaimana vaksin dengan platform mRNA yang memiliki spesifikasi penyimpanan khusus dengan menggunakan ultra low temperature yakni pada suhu -90 sampai -60 derajat Celcius.
Adapun reaksi yang paling sering timbul dari penggunaan vaksin ini, antara lain nyeri pada tempat suntikan, kelelahan, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, nyeri sendi, dan demam.
Vaksin ini akan dipakai untuk masyarakat umum yang berusia 18 tahun ke atas dengan dosis tunggal sebanyak 0,5 ml.
Adapun pengiriman vaksin Johnson & Johnson merupakan hasil kerja sama bilateral antara Indonesia dengan Belanda.