Ini terjadi karena pandemi memaksa perusahaan untuk melakukan pemotongan anggaran. Implikasinya adalah terdapat sektor-sektor yang harus dikorbankan agar keuangan tetap stabil.
Meskipun begitu, berkurangnya budget L&D menunjukkan bahwa pemimpin belum memiliki kemauan untuk memberdayakan dan mengembangkan kemampuan anggotanya.
Seorang leaducator perlu mempertimbangkan pemenuhan fasilitas dan sarana serta prasarana yang dibutuhkan anggota agar mereka bisa belajar dan naik level, baik dari segi kualitas maupun kompetensinya.
Padahal, merujuk pada riset PwC 2021, 77 persen siap untuk belajar kemampuan baru dan 80 persen siap beradaptasi dengan teknologi baru yang memasuki lingkungan kerja mereka.
Keinginan ini seharusnya bisa diakomodir oleh para pemimpin. Semangat belajar mereka perlu difasilitasi dengan baik dengan menyediakan sarana dan prasarana yang tepat kepada anggotanya.
Terlebih, semakin kompeten anggotanya tentu menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang.
Riset Kum, et.al (2014) yang meneliti Escon Consulting menemukan, mayoritas peserta setuju pelatihan dapat meningkatkan produktivitas organisasi dan percaya bahwa pelatihan dapat meningkatkan peluang karir mereka.
Riset ini tentu menunjukkan bahwa ada dampak yang besar jika tersedianya kesempatan belajar melalui training and development.
Anggota akan merasa bahwa perusahaan tempatnya bekerja memiliki fokus bagaimana meningkatkan kapasitas anggota mereka. Sehingga, anggota merasa lebih engage dengan pekerjaan yang dilakoni mereka.
Seorang leaducator menganggap bahwa manusia adalah kunci utama dari kemajuan. Di zaman ini, teknologi memang memegang peran penting dalam kemajuan organisasi. Tetapi, tanpa manusia, teknologi hanya menjadi benda mati semata.
Oleh karena itu, investasi manusia adalah kunci utama dalam merengkuh organisasi yang maju dan menjadi yang terdepan.
Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah mempertemukan seseorang dengan latar belakang yang berbeda atau keberagaman.
Kabar baiknya, keberagaman telah menjadi isu mainstream. Saat ini perusahaan telah berupaya untuk itu.
Misalnya, survei BVCA 2021 terhadap 73 firma ekuitas yang mengungkapkan beberapa hal penting: ada 3 persen wanita berkulit hitam, Asia, dan etnis lain yang menduduki posisi senior; ada 17 persen individu berkulit hitam, Asia, dan etnis lain yang menduduki posisi senior; dan ada 20 persen individu berkulit hitam, Asia, dan etnis lain yang bekerja di private equity dan venture capital.
Data ini menunjukkan bahwa keberagaman mulai menjadi fokus utama. Seorang leaducator memang harus inklusif. Karena, manusia pada dasarnya sama.
Kita tidak ingin dilahirkan seperti yang mereka rasakan dan nikmati. Kita hanya menerima apa yang telah diberikan kepada Tuhan dan memanfaatkannya.
Oleh karena itulah, leaducator harus memandang manusia itu dalam kacamata global, yakni manusia, bukan dari sudut pandang etnis, warna kulit, dan tempat mereka tinggal.
Seorang leaducator saat ini perlu membangun kualitas dirinya dan orang-orang di sekitarnya. Investasi terhadap manusia membutuhkan keteladanan dari pemimpin itu sendiri.
Pemimpin harus jadi contoh yang baik bagi anggotanya, mendemonstrasikan keteladanan bagi sekitarnya. Karena, pemimpin adalah corong keteladanan.
Dalam lingkup organisasi, perusahaan, dan pemerintahan, pemimpin seperti mercusuar yang menjadi cahaya bagi orang-orang di lautan sana.
Jika kita kaitkan ke dalam praktek entitas praktis, Dachner, et.al (2021) mengatakan, organisasi bisa mengelola sumber daya dengan lebih baik melalui berbagai cara. Karyawan proaktif merupakan suplemen strategis untuk pengembangan diri.
Selain itu, lebih jauh mereka mengatakan, praktik pengembangan proaktif menyediakan sarana bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam sumber daya manusia untuk meningkatkan kinerja organisasi sambil meminimalisir resiko.
Organisasi juga perlu melihat bagaimana perspektif anggotanya dalam konteks learning and development.
Lancaster & Milia (2014) mengatakan, bila organisasi ingin berdampak positif terhadap pengembangan anggotanya, mereka harus mempertimbangkan setidaknya tiga hal berikut: menyediakan program pengembangan relevan berkualitas tinggi; memastikan bahwa konten pelatihan selaras dengan strategi organisasi dan pekerjaan anggota; dan memastikan komitmen manajemen senior di seluruh aspek proses pengembangan anggota.
Singkatnya, pemimpin adalah kunci untuk memastikan bahwa anggotanya memiliki moral yang baik, berani dalam bertindak dan mengakui kesalahan, cerdas serta adaptif di berbagai situasi ditambah non-diskriminatif.