Masalah kebocoran data ini, menurut Yerry, tidak akan selesai dengan hanya menghapus atau uninstall aplikasi.
Pemerintah perlu melakukan evaluasi sistem keamanan.
"Mestinya penggunaan dan sistem e-HAC ini segera dievaluasi oleh pemerintah. Segera ditambal yang bolong," kata dia.
Baca juga: Hacker asal Sleman Raup Rp 31,5 Miliar dengan Meretas Perusahaan di AS
Bahaya lain dari kebocoran data di e-HAC adalah data-data dari rumah sakit yang merupakan fasilitas vital di masa pandemi Covid-19.
"Setelah ini memang si hacker bisa saja menarget rumah sakit atau pengumpul data tingkat lokal," kata Yerry.
Hacker bisa memanfaatkan data tersebut untuk melumpuhkan sistem dan perangkat di rumah sakit, melalui ransomware.
Baca juga: Pemuda Sleman Retas Perusahaan Amerika dengan Ransomware, Apa Itu?
Ransomware adalah salah satu malware yang bertujuan untuk menuntut pembayaran untuk data atau informasi pribadi yang telah dicuri, atau data yang aksesnya dibatasi (enkripsi).
Kejadian semacam ini pernah terjadi pada jaringan kesehatan Universitas Vermont (UVM), pada akhir Oktober 2020.
Melansir The Verge, 19 Agustus 2021, akibar serangan ransomware sistem UVM tidak dapat mengakses catatan kesehatan elektronik selama hampir sebulan.
Baca juga: Viral Trailler Film PADAR, Dirender 20 Komputer, 3 Minggu Nonstop
Setiap komputer di UVM Medical Center terinfeksi malware.
Ransomware bisa mematikan sistem komputer, menutup akses pemindaian pasien, dan mengganggu alat-alat yang dibutuhkan untuk menangani pasien, termasuk saat operasi.
Pada tingkat yang paling parah, serangan siber ke rumah sakit bisa membahayakan nyawa pasien.
Baca juga: Pesan Internal Bocor, Karyawan Bongkar Kelalaian Boeing Penyebab Kecelakaan 737 MAX