Empat letusan susulan yang terjadi pada pagi hari, 27 Agustus 1883, juga berskala besar.
Krakatau memuntahkan abu vulkanik setinggi 50 mil dan menyebabkan langit menjadi gelap yang berlangsung dari pagi hingga malam.
Tak hanya itu, letusan Krakatau bahkan menutupi atmosfer dan berakibat pada turunnya suhu di seluruh dunia.
Letusan itu memicu serangkaian bencana alam yang dirasakan hingga ke seluruh dunia.
Dari 35.500 korban meninggal dunia, 31.000 di antaranya karena tsunami yang terjadi setelah materi letusan gunung mengalir deras ke laut.
Sebanyak 4.500 orang hangus akibat aliran piroklastik yang menerjang permukiman setelah berguling di atas permukaan laut.
Kompleks Krakatau terdiri dari empat pulau, yaitu Rakata, Setung, Panjang, dan Anak Krakatau.
Tiga yang pertama membentuk formasi caldera, sedangkan Anak Krakatau mulai aktif kembali sejak 20 Januari 1930 hingga sekarang.
Aktivitas Anak Krakatau terakhir terjadi pada 22 Desember 2018. Saat itu, erupsi Anak Krakatau mengakibatkan tsunami di Selat Sunda yang menghantam Banten dan Lampung.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Japan Airlines Jatuh, 520 Orang Tewas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.