AKHIR-akhir ini bermunculan aneka ragam istilah dipergunjingkan masyarakat Indonesia mulai dari tes wawasan kebangsaan, baliho, bansos, 404 Not Found, sampai ke mural.
Saya tidak berniat melibatkan diri ke dalam kemelut pergunjingan publik. Namun istilah mural mengingatkan saya ke masa ketika studi seni rupa di Jerman.
Di negeri Gerhard Richter dan Joseph Beuys itu saya diajarkan tentang jenis dan bentuk seni rupa yang disebut sebagai mural.
Mungkin mural paling termashur yang pernah saya lihat dengan mata di kepala saya sendiri adalah mahamural mahakarya Leonardo da Vinci berjudul La Ultima Cena (Perjamuan Terakhir) yang kini dapat dikagumi pada dinding ruang makan biara Santa Maria delle Grazie di Milan, Italia.
Di samping tentu saja mahamural mahakarya Micheangelo terabadikan pada langit-langit kapela Sistina.
Dapat dikatakan bahwa mural merupakan jenis seni rupa tertua di planet bumi. Mural tertua yang sementara ini pernah ditemukan berasal dari masa sekitar 50.000 tahun yang lalu di dalam gua Lubang Jeriji Saleh, Kalimantan, Indonesia.
Berarti kakek-nenek moyang bangsa Indonesia adalah para muralis pertama di marcapada. Disusul mural di gua Chauvet, Ardeche, Prancis Selatan.
Mural-mural kuno kemudian ditemukan di makam-makam Mesir kuno sekitar 3000 tahun sebelum Masehi, di samping kemudian istana-istana Minoan serta di dinding gua Oxtotitlan dan Justlahuaca, Meksiko serta juga di petilasan Pompeii yang sempat terkubur lava.
Kemudian pada masa Renaisans teknik melukis fresko di dinding basah berjaya melangitkan mutu lukisan mural seperti yang dilakukan oleh Leonardo da Vinci, Michaelangelo, Duerer.
Gaya mural yang disebut luftmalerei sampai masa kini masih popular di desa-desa Mittenwald, Garmisch, Unterammergau dann Oberammergau yang tersohor dengan pergelaran kisah Jesus Kristus diperankan oleh para warga desa setempat.
Di masa kini mural tidak terbatas di dalam ruang namun merambah secara formal mau pun informal ke ruang terbuka seperti yang tampak di New York, Los Angeles, Rio de Jainero, Buenos Aires dan tiang-tiang penyangga jalan tol layang kota Jakarta mau pun di dinding belakang karoseri truk-truk yang menjelajah jalan-jalan di segenap pelosok Nusantara.
Saya pribadi sangat terkesan maka mengagumi mahamural mahakarya para mahamuralis Meksiko seperti Jose Orozco, David Siqueiros dan tentu saja Diego Rivera.
Mereka yang pernah berkunjung ke Mexico City, rasanya sulit untuk tidak tergetar sukma oleh kedahsyatan mahamural kolosal dan monumental mahakarya Diego Rivera yang sempat menjalin asmara dengan perempuan pelukis legendaris tersohor Meksiko beralis tebal yaitu Frida Kahlo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.