Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bermasalah dan Merugikan, Mengapa Masih Banyak Orang yang Akses Pinjol?

Kompas.com - 21/08/2021, 20:31 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus yang melibatkan pinjaman online (pinjol) masih terus terjadi sampai saat ini.

Akibatnya, peminjam pun harus menanggung utang berlipat-lipat ganda dan sering mendapat teror dari debt collector.

Salah satu kisah memilukan itu dialami oleh Afifah Muflihati (27), seorang guru honorer di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Baca juga: INFOGRAFIK: Cara Melaporkan Pinjol Ilegal

Afifah mulanya hanya meminjam Rp 3,7 juta, namun utang itu membengkak menjadi Rp 206,3 juta jika ditotal.

Alih-alih mendapat pinjaman Rp 5 juta seperti yang dijanjikan, uang yang ditransfer ke rekening Afifah hanya sebesar Rp 3,7 juta.

Belum sempat menggunakan uang pinjaman, teror pun mulai berdatangan, dengan data diri yang sudah disebar.

Baca juga: Deretan Kasus Penipuan Berkedok Investasi, dari MeMiles hingga Swissindo

Lantas, mengapa masih banyak orang tergiur dengan pinjol meski berisiko tinggi?

Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono mengatakan, ada tiga alasan mengapa pinjol masih banyak dilirik.

Pertama, adanya gap antara pengetahuan masyarakat dengan era disrupsi 4.0.

"Ini kan mengalami disrupsi karena adanya revolusi 4.0, di mana sekarang pinjaman itu dikerjakan melalui online," kata Drajat saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (21/8/2021).

Baca juga: Waspada Penipuan Minta Kode OTP Atasnamakan Shopee, Ini Penjelasannya

Terlebih, pinjol bisa diakses dengan mudah, tanpa pertemuan, dan syarat yang tidak rumit.

Adanya gap pengetahuan ini juga membuat para peminjam tidak mengetahui risiko yang diakibatkan oleh pinjol tersebut.

"Orang-orang tidak cukup faham dengan bank online, cara kerjanya bagaimana, nagihnya bagaimana, ngitungnya. Pokoknya dengan akses yang mudah mereka pinjam," ujarnya.

Baca juga: Hati-hati Penipuan, Jangan Berikan Kode OTP kepada Siapa Pun!

Dirasa lebih mudah

Kedua, Drajat menilai krisis ekonomi merupakan alasan lain di balik maraknya akses pinjaman online.

"Ini sebuah tanda krisis ekonomi yang menunjukkan bahwa secara ekonomi masyarakat itu kesulitan, kemudian mereka mencoba melakukan akses kepada sumber-sumber pembiayaan untuk membantu mereka," jelas dia.

Dengan kondisi itu, masyarakat banyak memiliki pinjol yang lebih mudah dibandingkan bank konvensional.

Baca juga: INFOGRAFIK: 10 Negara dengan Utang Luar Negeri Tertinggi

Ketiga, kurangnya proteksi dari pemerintah atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap warga yang mengakses pinjol.

"Perlindungan peminjam secara keseluruhan itu belum tersedia, sehingga banyak orang terjerumus ke situ dan kesulitan. Akhirnya penagih-penagih dengan cara online yang ganas itu terjadi," tutupnya.

Baca juga: Demi Masa Depan, Lebih Baik Menabung atau Investasi?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Melaporkan Pinjol Ilegal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Konsumsi Vitamin C Berlebihan Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ketahui Batas Amannya

Konsumsi Vitamin C Berlebihan Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ketahui Batas Amannya

Tren
Melestarikan Zimbabwe Raya

Melestarikan Zimbabwe Raya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 5-6 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 5-6 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com