Sementara itu Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyimpulkan bahwa penyelidikan laboratorium virologi Wuhan belum berjalan cukup jauh.
Munculnya teori konspirasi sayap kanan dan ditolak keras oleh China, hipotesis tersebut telah mendapatkan momentum.
"China dan sejumlah negara anggota lainnya telah menulis surat kepada WHO mengenai dasar untuk studi lebih lanjut dari hipotesis laboratorium SARS-CoV-2," ujar dia.
"Mereka juga menyarankan studi asal telah dipolitisasi, atau bahwa WHO telah bertindak karena tekanan politik,” lanjut Tedros.
Dalam mengatasi hipotesis laboratorium, tuturnya, penting untuk memiliki akses ke semua data dan mempertimbangkan praktik terbaik ilmiah dan melihat mekanisme yang sudah dimiliki WHO.
Baca juga: Sempat Hilang, Data Kasus Awal Covid-19 di Wuhan Muncul Lagi, Ada Apa?
Tedros menjelaskan, menganalisis dan meningkatkan keselamatan dan protokol laboratorium termasuk di China, penting untuk keselamatan dan keamanan bersama.
Sementara itu, ilmuwan Denmark Peter Ben Embarek, yang memimpin misi internasional ke Wuhan, mengatakan seorang pegawai laboratorium yang terinfeksi saat mengambil sampel di lapangan berada di bawah salah satu hipotesis yang mungkin tentang bagaimana virus berpindah dari kelelawar ke manusia.
Ia menyampaikan bahwa kelelawar yang dicurigai bukan dari wilayah Wuhan dan satu-satunya orang yang mungkin mendekati yakni pekerja dari laboratorium Wuhan.
Diungkapkan pula bahwa hingga 48 jam sebelum misi berakhir, para ilmuwan internasional dan China bahkan masih belum sepakat untuk menyebutkan teori laboratorium dalam laporan tersebut.