Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com – Sebuah video yang menyebut bahwa seseorang yang telah divaksin akan mengalami radiasi elektromagnetik, menyebar di Facebook.
Unggahan itu menunjukan seseorang yang sehabis divaksin, lalu lengannya dicek dengan alat EMF RF Detektor, menimbulkan bunyi.
Berdasarkan penelusuran Kompas.com postingan tersebut adalah hoaks atau tidak benar.
Matthew Laurens, profesor dan peneliti vaksin di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland Amerika Serikat mengatakan tak ada komponen dalam vaksin yang mengandung bahan radioaktif yang bisa menyebabkan seseorang memancarkaan radiasi.
Unggahan yang viral tersebut menyebut bahwa seseorang yang telah divaksin saat lengannya didekatkan ke EMF RF Detektor menghasilkan bunyi.
EMF RF Detektor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi medan elektromagnet.
EMF sensor merupakan singkatan dari ElectroMagnetic Field Sensor.
Sebagaimana kita ketahui bahwa disekeliling kita terdapat medan elektro magnet yang berasal dari benda-benda elektronik maupun dari tubuh kita sendiri dengan kekuatan pancar yang bervariasi. Alat yang dapat memantau adanya medan electro magnet ini dinamakan EMF sensor.
Adapun narasi yang beredar adalah sebagai berikut:
“Ada sesuatu yg ga beres pada pakcin
Di test pake alat EMF RF detector bagian tangan orang yg sudah di pakcin bunyi
(Catatan: tim cek fakta kan putar otak untuk nutupi fakta yg satu ini.. mereka kalo bicara jujur seputar pakcin pasti di pecat dan jadi gelandangan
Lebih baik beli alat nya dan test sendiri di tempat kalian masing masing)” tulis narasi yang beredar.
Narasi yang beredar juga menyertakan video yang menunjukkan video berbahasa Inggris tentang aksi seseorang yang mendekatkan alat EMF RF Detektor dan menghasilkan bunyi saat alat didekatkan ke salah satu lengan.
Salah satu warganet yang mengunggah postingan tersebut adalah akun Facebook James Bowie.
Unggahan sejenis juga dapat dijumpai di sini dan di sini.
Terkait unggahan mengenai bekas suntikan vaksin yang disebut mengandung radiasi elektromagnetik sebelumnya telak dilakukan cek fakta oleh Reuters.
Di antaranya mengutip professor dan peneliti vaksin di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, AS Matthew Laurens.