Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingat, Masker Medis Sekali Pakai yang Dibuang Sembarangan Bisa Jadi Media Penularan Corona, Ini Cara Mengelolanya

Kompas.com - 19/07/2021, 09:05 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Merebaknya pandemi Covid-19 membuat penggunaan masker menjadi sebuah kewajiban karena menjadi salah satu upaya menghindari penularan.

Terlebih, sejak kasus Covid-19 di Indonesia melonjak dalam beberapa waktu terakhir, serta munculnya varian virus delta yang seakan merajalela.

Masyarakat bahkan diminta untuk memakai masker rangkap atau double mask, yakni menggunakan masker medis kemudian dilapisi dengan masker kain pada bagian luar.

Namun, perlu diingat masker medis bukanlah barang yang bisa dipakai seterusnya, melainkan hanya sekali pakai dengan jangka waktu tertentu dan setelahnya harus dibuang.

Dalam membuangnya pun tak boleh sembarangan, ada tata cara yang harus diperhatikan agar masker yang dibuang tidak menjadi media penularan Covid-19.

Baca juga: Viral, Video Relawan Pemakaman Jenazah Covid-19 Joget-joget di Pinggir Lubang Kuburan, Ini Kata Polisi

Alat kesehatan infeksius

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) Ari Fahrial Syam juga mengamini hal tersebut.

Ia menjelaskan, masker medis yang sudah dipakai adalah alat kesehatan (alkes) infkesius.

"Masker yang sudah dipakai termasuk alkes infeksius dan tidak boleh dibuang sembarangan," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/7/2021) siang.

Dalam hal ini, alkes infeksius artinya masker medis sekali pakai tersebut bisa menjadi media penularan virus atau pun penyakit lainnya.

"Ya, bisa menularkan (virus atau penyakit). Kalau di RS biasa masuk ke kantong bewarna kuning, kantong infeksius," terang Ari.

Baca juga: Apakah Virus Corona Dapat Menular Lewat Daging Kurban? Ini Kata Ahli

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com