Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Peradaban Antre secara Beradab

Kompas.com - 17/07/2021, 11:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SATU di antara sekian banyak hal yang membuat bangsa Indonesia tersohor di masyarakat dunia adalah ketidakmampuan warga Indonesia untuk antre.

Sudah menjadi citra buruk bangsa Indonesia dalam hal peradaban antre. Sudah menjadi semacam kebanggaan bagi (sebagian) warga Indonesia untuk tidak menaati tata krama antre.

Makin bisa melanggar tatakrama antre makin besar gengsi sebagai orang yang lebih berkuasa ketimbang rakyat jelata.

Citr buruk

Citra buruk sebagai warga yang tidak beradab antre malah menjadi kebanggaan bagi yang mau dan mampu melanggar tatakrama antre.

Sehingga tidak ada yang peduli apa kata bangsa lain terhadap bangsa Indonesia dalam soal antre-mengantre. Tidak bisa antre secara beradab sudah dianggap take for granted maka melumrah bagi bangsa Indonesia.

Justru pada masa sudah terbiasa dengan citra buruk tidak mampu antre mendadak datanglah pagebluk Corona yang memporak-porandakan kehidupan masyarakat Indonesia.

Justru pada masa pagebluk Corona menggila sehingga meningkatkan kebutuhan rakyat terhadap oksigen maka melangkakan oksigen mendadak muncul sikap dan perilaku antre gaya baru yang beda dari gaya lama yang sudah terlanjur tersohor ke seluruh dunia.

Berdasar laporan pandangan mata pejuang kemanusiaan Sandyawan Sumardi yang pernah terpaksa ikut antre oksigen bukan untuk dirinya tetapi untuk menolong orang lain yang membutuhkan oksigen ternyata kini muncul sikap antre gaya baru yang beradab.

Beradab

Segenap warga yang antre oksigen ternyata patuh tatakrama antre yang paling utama yaitu tidak mendahului orang yang berada di depan sementara orang yang berada di belakang juga tidak mendahului orang yang berada di depannya.

Semua sama-sama sabar menunggu giliran untuk bisa membeli oksigen bagi keluarga atau teman di rumah yang sedang dalam kondisi sangat membutuhkan oksigen.

Suasana antre secara beradab makin mengharukan karena ternyata apabila ada pihak yang sangat amat membutuhkan oksigen dalam kondisi gawat-darurat antara hidup dan mati maka secara sukarela dan ikhlas segenap pihak yang sedang antre serempak tanpa ada yang mengomando spontan mempersilakan pihak yang lebih membutuhkan oksigen untuk berada di antrean terdepan agar segera dapat menerima oksigen yang sedang gawat-darurat dibutuhkan oleh sesama warga yang berada dalam kondisi kritis nyawa hanya bisa diselamatkan dengan menghirup oksigen.

Fakta mutualistis antre beradab tampak nyata pada kenyataan tidak ada pihak yang pura-pura gawat-darurat mau pun tidak ada pihak yang tidak percaya pihak yang benar-benar dalam kondisi gawat-darurat.

Tidak ada pihak yang menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan kepada diri masing-masing.

Mengharukan

Sungguh mengharukan betapa segenap pihak pada masa sama-sama menderita akibat Corona terbukti mampu dan mau bersatupadu menjalin saling pengertian dengan jalinan saling percaya yang sangat tulus sebagai citra kemanusiaan termulia.

Peristiwa nyata warga Indonesia antre oksigen secara beradab pada hakikatnya merupakan pengejawantahan makna adiluhur yang terkandung di dalam sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dalam arti seluhur-luhurnya luhur benar-benar menjadi kenyataan tanpa harus lulus tes wawasan kebangsaan.

Saya bangga menjadi warga bangsa Indonesia yang terbukti memiliki peradaban antri secara benar-benar nyata beradab. Merdeka!

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com