Padahal negara ini memiliki banyak pulau dan lautan yang luas.
Satelit komunikasi itu pun diharapkan berperan dalam mempersatukan seluruh nusantara dengan jaringan telepon, telegram, telex, dan televisi.
Biaya proyek satelit komunikasi menghabiskan mencapai Rp 561 miliar.
Sebanyak 13 persen dari biaya untuk satelit, 82 persen untuk telepon, telex, telegram, transmisi. Sisanya, 8 persen untuk televisi.
Masyarakat Indonesia baru bisa merasakan manfaatnya 10 hari setelah peluncuran satelit Palapa.
Satelit ini mampu meng-cover sepertiga belahan bumi meliputi negara-negara ASEAN. Mampu bekerja untuk 7 tahun serta tahan terhadap goncangan dan perubahan suhu.
Namun, secara umum fungsi satelit Palapa adalah untuk memperlancar komunikasi warga Indonesia.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Valentina Tereshkova Menjadi Wanita Pertama yang Terbang ke Luar Angkasa
Mengutip informasi dari laman Kominfo, per 2018 Indonesia memiliki 5 satelit operasional untuk melayani kebutuhan telekomunikasi dan penyiaran. Kelimanya yakni:
Terdapat pula satelit non-geostasioner yang dioperasikan oleh Lembaga Penerbangan dan Atariksa Nasional (Lapan) yaitu, LAPAN-TUBSAT, LAPAN-A2, dan LAPAN-A3.
Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berencana meluncurkan satelit multifungsi Satria (Satelit Indonesia Raya) yang akan beroperasi pada kuartal III 2023.
Pada 3 September 2020, kerja sama dimulainya konstruksi satelit Satria antara PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) telah ditandatangani.
Kontrak konstruksi satelit Satria ini sebesar USD 550 juta atau setara Rp 8 triliun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.