Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darwin Darmawan

Pendeta GKI, Mahasiswa doktoral ilmu politik Universitas Indonesia

Melindungi Hak Asasi di Tengah Pandemi

Kompas.com - 05/07/2021, 06:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Selain itu, kesiapan tenaga pendidik dan peserta didik beradaptasi dalam proses belajar mengajar secara daring juga belum dipersiapkan dengan baik. Akibatnya, hak asasi untuk mendapatkan pendidikan belum terpenuhi dengan baik.

Jadi, seiring dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang terinfeksi Sars-Cov-2, sementara kemampuan pemerintah terbatas dalam memitigasi pandemi covid -19 ini, maka pemenuhan hak asasi manusia di Indonesia akan semakin buruk. Pemerintah tidak dapat sendirian dalam melindungi dan memenuhi hak asasi masyarakat.

Mengoptimalkan pendekatan sosial-kultural

Di banyak negara Islam atau negara yang penduduknya masyoritas Muslim, perlindungan dan peningkatan hak asasi manusia terjadi ketika nilai Islam atau budaya lokal ikut menginspirasi perlindungan hak asasi manusia (Mashood A. Baderin: 2007).

Mengikuti hasli peneltian Baderin maka perlidungan HAM di tengah pandemi ini tidak cukup hanya dengan mengandalkan tanggung jawab dan kapasitas pemerintah. Pendekatan legal-politik perlu diikuti dengan legitimasi dan inspirasi dari nilai Islam atau kultur masyarakat lokal.

Misalnya saja, ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM darurat 3-20 Juli 2021, seluruh masyarakat Indonesia perlu mendukung kebijakan tersebut.

Protes dari sebagian ulama Islam yang tidak setuju dengan penutupan sementara Mesjid selama PPKM darurat ini, berpotensi menghambat upaya pemerintah memutus ranti penularan covid.

Karena itu, pemerintah dan lembaga agama di Indonesia perlu berdialog dengan tokoh-tokoh agama yang demikian agar -jika pun mereka tidak setuju dengan kebijakan pemerintah- mereka tidak boleh memprovokasi masyarakat untuk menentang kebijakan pemerintah.

Salah satu bentuk pendekatan sosial -kultural dalam melindungi HAM dilakukan pemerintah kota Bogor melalui gerakan pengumpulan dana dan sembako bagi masyarakat yag terdampak Covid -19.

Tanpa bekerja, masyarakat yang tidak punya tabungan tidak mungkin bisa bertahan hidup karena mereka perlu makan. Jadi, jika mereka harus diam di rumah, mereka perlu bantuan pemerintah.

Sementara itu, pemerintah memiliki keterbatasan anggaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika ini didiamkan, akan terjadi regresi hak asasi, khususnya hak mendapat kerja dan hidup dari sebagian masyarakat.

Di sinilah gerakan sosial kultural pengumpulan bantuan yang diinisiasi pemkot kota Bogor menjadi relevan.

Masyarakat, dengan inspirasi nilai solidaritas agama atau nilai lokal silih asih, asah dan asuh, dapat berperan memenuhi kebutuhan makan tetangganya yang harus diam atau tinggal di rumah.

Jika semakin banyak inisiatif lokal yang mengoptimalkan perwujudan nilai, budaya dan agama masyarakat, niscaya masyarakat Indonesia sanggup melewati pandemi ini.

Bahkan, bukan sekedar melewatinya, tetapi juga dapat memastikan kalau hak asasi manusia tetap terlindungi di tengah pandemi.

Mengapa? Sebab ada pribadi-pribadi yang bersedia menjadi sesama manusia untuk sesamanya yang membutuhkan dan menderita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Tren
Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Tren
Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Tren
Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Tren
Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Tren
Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Tren
7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

Tren
Batal Menggagas Benaromologi

Batal Menggagas Benaromologi

Tren
Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Tren
Disebut Hewan Pemalas, Berikut Beberapa Fakta Unik tentang Kungkang atau Sloth

Disebut Hewan Pemalas, Berikut Beberapa Fakta Unik tentang Kungkang atau Sloth

Tren
Ramai soal Aturan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Penjelasan Menkop-UKM

Ramai soal Aturan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Penjelasan Menkop-UKM

Tren
Ramai soal Mahasiswi Undip Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Mundur Usai Diungkap Warganet

Ramai soal Mahasiswi Undip Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Mundur Usai Diungkap Warganet

Tren
Head to Head Indonesia vs Irak, Tim Garuda Terakhir Menang pada Tahun 2000

Head to Head Indonesia vs Irak, Tim Garuda Terakhir Menang pada Tahun 2000

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com