Untuk mengatasi hal ini, Ramaphosa mengatakan, pemerintahannya bekerja sama dengan Covax untuk membuat pusat regional untuk memproduksi lebih banyak vaksin di Afrika Selatan.
Covax dibuat tahun lalu untuk memastikan dosis Covid-19 tersedia di seluruh dunia, dengan negara-negara kaya mensubsidi biaya untuk negara-negara miskin.
Dipimpin oleh WHO dan organisasi internasional lainnya, Covax awalnya menetapkan target untuk menyediakan vaksin sebanyak 2 miliar dosis di seluruh dunia pada akhir tahun 2021.
Sebagian besar vaksin disumbangkan ke negara-negara miskin.
Harapannya, Covax dapat mendistribusikan vaksin dan melindungi setidaknya 20 persen populasi.
Namun, distribusi vaksin ini terhambat oleh penundaan produksi dan gangguan pasokan, yang menyebabkan kekurangan di negara-negara yang sepenuhnya bergantung pada Covax.
Negara-negara tersebut antara lain Uganda, Zimbabwe, Bangladesh, Trinidad, Tobago, dan lainnya.
Baca juga: [POPULER TREN] Penjelasan BMKG soal Suhu Dingin di Jakarta | Provinsi Kasus Corona Terbanyak
Presiden AS, Joe Biden mengumumkan, pihaknya tengah berencana untuk menyumbangkan 55 juta dosis vaksin ke negara-negara yang membutuhkan.
Dari jumlah tersebut, 41 juta akan didistribusikan melalui Covax, dengan 14 juta sisanya dibagikan dengan negara-negara yang dianggap sebagai prioritas.
Sementara, beberapa ahli kesehatan percaya bahwa program vaksinasi membutuhkan waktu berbulan-bulan, (bahkan bertahun-tahun) untuk memvaksinasi semua orang secara global untuk menyatakan berakhirnya pandemi.
Saat ditanya tentang kebutuhan global akan vaksin, Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki menyampaikan, apa yang terjadi di negara-negara tersebut sebenarnya menjadi tantangan besar, bukan soal pasokan vaksin.
"Kami memiliki banyak dosis vaksin untuk dibagikan kepada dunia, hal ini adalah masalah besar, tantangan logistik," ujar Psaki.