Peneliti pandemi sekaligus epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman menyebut, fenomena tersebut sebagai sesuatu yang sangat disayangkan.
"(Meski masyarakat sudah jenuh dan bosan) Sayangnya virus ini tidak ikut jenuh juga bosan untuk terus menyebar. Dan berita buruknya dampak infeksi Covid-19 punya akibat jangka panjang sebagaimana setiap pandemi virus lainnya," kata Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Senin (21/6/2021).
Ia tidak bisa sepenuhnya menyalahkan masyarakat atas pilihan mereka untuk tidak lagi meyakini Covid-19 dan justru mengabaikan penyakit berbahaya ini.
"Yang pasti, Covid-19 benar adanya dan semua ada di tangan kita, apakah akan melawannya, atau justru membiarkannya merusak kehidupan kita," kata dia.
"Jadi pilihannya adalah mau terus berjuang melawan virus ini dan segala dampaknya untuk kemudian hidup sehat dan terkendali, atau menyerah dan membiarkan virus ini memakan banyak korban jiwa dan menurunkan kualitas SDM kita di masa depan," lanjutnya.
Dicky hanya mengatakan pengabaian yang saat ini banyak dilakukan masyarakat sesungguhnya hanya akan menjadi catatan kelam pandemi di Indonesia, dan tidak akan membawa dampak baik bagi penanganan atau penyelesaian pandemi itu sendiri.
"Fenomena pengabaian sebagian masyarakat ini hanya akan jadi catatan buruk sejarah pandemi kita, karena sekali lagi hanya menyebabkan lebih banyak lagi orang yang menjadi korban.
"Sejarah 100 tahun lalu terulang kembali di Indonesia, dulu (Flu Spanyol 1918) sebagian masyarakat kita pun sama juga, abai dan tidak percaya, hasilnya 4 juta (jiwa) meninggal," sebut Dicky.
Baca juga: Tembus 2 Juta Kasus, Berikut Provinsi dengan Kasus Covid-19 Tertinggi di Indonesia