Sementara itu, Tan juga mengatakan, jika dilihat dari tingkat intoleransi terhadap laktosa, masyarakat Indonesia termasuk pada kelompok yang memiliki angka intoleransi tinggi.
Menurut dia, secara umum sistem pencernaan masyarakat Indonesia sensitif terhadap protein yang ada di dalam susu.
"Mencret, kembung, tidak bisa mentolerir laktosa," sebut Tan.
Tak hanya Indonesia, sebagian besar masyarakat di kawasan Asia Tenggara, Afrika Selatan, dan Amerika Selatan juga memiliki kondisi yang sama.
Berdasarkan data yang dimiliki ditampilkan Britannica, tingkat intoleransi laktosa masyarakat Indonesia ada di angka 80-100 persen.
Baca juga: Setelah Jamur Hitam dan Putih, Muncul Jamur Aspergillosis di India, Apa Itu?
Saat ini olahan susu banyak diproduksi dalam berbagai bentuk, rasa, kegunaan, yang kemudian dijual di pasaran untuk dipilih oleh masyarakat.
Namun menurut Tan, masyarakat tidak diharuskan mengonsumsi semua jenis susu itu dalam setiap tahapan.
Seperti mulai dari susu formula, susu pertumbuhan baduta, susu usia sekolah, remaja, susu persiapan hamil, susu masa kehamilan, susu ibu menyusui, hingga susu usia lanjut.
"Enggak (perlu). Cek saja, di negara yang justru dari mana susu berasal sebagai minuman budaya, ada enggak aneka susu dipolitisasi begitu? Tidak," jelas Tan.
Menurutnya, masyarakat perlu juga memahami aturan dan kebutuhannya masing-masing.