Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Mengintip Bahaya Nikotin bagi Otak

Kompas.com - 31/05/2021, 12:30 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Hari ini adalah Hari Tanpa Tembakau Sedunia. Adalah negara-negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang menetapkan 31 Mei sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia di tahun 1987.

Tiap tanggal 31 Mei, WHO mengajak para perokok di seluruh penjuru dunia untuk berpuasa merokok sehari saja.

Hal ini untuk mengingat dan menyadari kembali, berbagai bahaya yang ada dalam nikotin tembakau yang bisa mengancam kesehatan tubuh.

Hari Tanpa Tembakau Sedunia merupakan satu dari beberapa hari peringatan yang terkait dengan upaya meningkatkan kesehatan masyarakat.

Seperti Hari AIDS Sedunia, Hari Donor Darah Sedunia, Hari Autoimun Sedunia, atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

Baca juga: Mengapa Kita Bisa Kecanduan Nikotin?

Bahaya nikotin untuk otak

Selain bisa menyebabkan serangan jantung, stroke, kanker, penyakit pada paru-paru, nikotin dalam tembakau juga bisa merusak otak.

Nikotin mengaktifkan dopamin pada otak, sehingga tubuh menangkap nikotin sebagai faktor yang bisa meningkatkan perasaan bahagia.

Ini berimbas pada terbentuknya toleransi nikotin, sehingga tubuh akan makin membutuhkan nikotin dari waktu ke waktu.

Padahal seperti dilansir dari Healthline, efek dari nikotin akan semakin terbentuk detik demi detik.

Yang biasanya terlihat pertama kali adalah gangguan pada paru-paru dan jantung. Sedangkan efek pada otak, adalah efek jangka panjang yang biasanya disadari paling akhir.

Berikut ini adalah beberapa gangguan pada otak yang bisa disebabkan nikotin:

Baca juga: Kenali 5 Cara Jitu Atasi Kecanduan Nikotin di Rokok dan Vape

1. Demensia atau pikun 

Demensia ditandai dengan menurunnya dua fungsi otak, yaitu fungsi memori dan fungsi kemampuan menilai.

Penyakit usia tua ini bisa dipicu oleh kebiasaan merokok sewaktu muda. 

Di penelitian tahun 2015 yang melibatkan beberapa perokok dan non perokok, diketahui bahwa para perokok memiliki peluang 30 persen lebih besar terkena demensia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com