Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gojek dan Tokopedia Merger Jadi GoTo, Adakah Perubahan di Aplikasi?

Kompas.com - 18/05/2021, 20:35 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Startup Indonesia Gojek dan Tokopedia secara resmi telah mengumumkan merger dalam satu payung perusahaan Group GoTo.

Dalam pernyataannya, seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (18/5/2021), pembentukan GoTo ini merupakan kolaborasi usaha terbesar di Indonesia, sekaligus kolaborasi terbesar antara dua perusahaan internet dan layanan media di Asia hingga saat ini.

Co-CEO Gojek, Andre Soelistyo, didapuk menjadi CEO Grup GoTo. Sementara, Pattrick Cao dari Tokopedia ditunjuk sebagai Presiden Grup GoTo.

Baca juga: 5 Fakta Seputar GoTo, Perusahaan Baru Merger Gojek dan Tokopedia

Dengan mergernya Gojek dan Tokopedia, adakah perubahan pada aplikasi yang diakses konsumen?

Diberitakan Kompas.com, Senin, 17 Mei 2021, meskipun merger, Gojek maupun Tokopedia akan tetap beroperasi sebagai entitas yang berdiri sendiri dalam ekosistem Group GoTo.

Konsumen tetap bisa mengakses aplikasi Gojek maupun Tokopedia seperti biasa.

“Kombinasi bisnis ini memberikan akses ke kualitas kehidupan yang lebih baik untuk pelanggan kami,” ujar Nila Marita, Chief Corporate Affairs Gojek dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (18/5/2021).

Nila mengatakan, dengan adanya merger ini, maka konsumen bisa menghemat waktu karena adanya layanan on-demand, e-commerce, dan layanan keuangan pembayaran yang terbaik di dalam satu ekosistem GoTo.

Ia menyebutkan, dengan adanya merger ini, konsumen akan mendapati pilihan merchant, produk dan jasa yang lengkap dalam satu ekosistem.

“Pelanggan akan menikmati pengalaman pembelian dan pengiriman yang lebih cepat saat berbelanja di e-commerce dengan layanan pengiriman di hari yang sama dari Gojek,” ujar Nila.

Baca juga: Ada GoTo, Bagaimana Nasib OVO di Tokopedia?

Ke depannya, konsumen juga bisa berhemat karena adanya pengiriman pada hari yang sama dengan harga yang lebih ekonomis.

“Pengalaman konsumen akan lebih dicocokkan dengan kesukaan pribadi (personalization), dan akan ada program menarik lainnya seperti program loyalitas (loyalty) bersama yang membuat belanja semakin nyaman,” ujarnya.

Saat ini, lanjut Nila, Group GoTo memiliki total Gross Transaction Value (GTV) secara grup dengan lebih dari 22 miliar dollar AS pada tahun 2020.

Selain itu, Group GoTo juga memiliki lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020 dan kontribusi sebesar 2 persen pada total PDB Indonesia.

Investor Group GoTo disokong oleh sejumlah investor besar yang sebelumnya menjadi investor utama Gojek dan Tokopedia. 

Penyokong dana Gojek maupun Tokopedia yakni Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, dan Warburg Pincus.

Baca juga: Gojek-Tokopedia Merger Jadi GoTo, Begini Model Bisnisnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com