Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Indonesia Punya 295 Sesar Aktif

Kompas.com - 08/05/2021, 17:32 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, Indonesia memiliki 295 sesar aktif yang perlu diwaspadai.

Hal itu dikatakannya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (8/5/2021).

"Ada 295 segmen, itu yang terbukti aktif, yaitu memiliki magnitudo tertarget, memiliki laju geser. Jumlahnya segitu," kata Daryono.

Namun, masih banyak juga sesar lain yang aktif tapi belum masuk daftar tersebut.

Sesar-sesar lain belum masuk daftar karena belum ada bukti pergeseran, data geodesi, dan kegempaan yang lengkap.

Baca juga: [HOAKS] Sesar Lembang Akan Bergerak pada 2021 dan Memicu Gempa Dahsyat

Daryono mengatakan, Kalimantan yang dianggap aman dari gempa pun memiliki 3 sesar yang perlu diwaspadai.

"Sesar Kalimantan yang benar-benar kredibel itu ada 3, yaitu Sesar Meratus di Kalimantan Selatan, Sesar Mangkalihat di Kalimantan Timur, dan Sesar Tarakan," jelas dia.

"Ketiganya memiliki magnitudo tertarget 7.0," lanjut Daryono.

Daryono menjelaskan, dari 296 sesar tersebut, beberapa di antaranya sangat aktif dan menimbulkan korban jiwa.

Di antaranya adalah Sesar Matano di Morowali, Sesar Naik Flores yang memicu gempa Lombok 2018, Sesar Sumatera, Sesar Cimandiri di Sukabumi, dan Sesar Baribis di sekitar Kuningan yang disebut sangat aktif.

Selain itu, ada juga Sesar Lembang, Sesar Opak Yogyakarta, Sesar Sorong, Sesar Naik Seram, Sesar Palu Koro, dan Sesar Selatan Seram.

Waspada

Dengan banyaknya jumlah sesar di Indonesia, Daryono meminta agar masyarakat tidak hanya mewaspadai megathrust.

"Memang gempa megathrust itu sumber gempa yang patut kita waspadai karena dapat memicu gempa besar dan tsunami," kata Daryono.

"Sesungguhnya dekat rumah kita, dekat kita tinggal itu ada sesar-sesar aktif yang sebenarnya tidak butuh magnutudo besar, tapi bisa menimbulkan kerusakan dan korban jiwa," ujar dia.

Oleh karena itu, masyarakat harus tetap mewaspadai sesar aktif tersebut dengan cara memahami jalurnya.

Ia mengatakan, pemahaman itu harus dimiliki masyarakat agar muncul sikap kewaspadaan.

"Saya banyak menemukan kasus-kasus gempa yang kurang dari 5 magnitudo tapi menimbulkan kerusakan," ujar dia.

"Itulah bukti sesar aktif bisa merusak. Kita juga tahu betapa lemahnya rumah-rumah masyarakat kita, asal bangun, sehingga tak mampu menahan gempa," kata Daryono.

Padahal, faktor yang membahayakan adalah rumah atau bangunan yang roboh, bukan gempanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com