Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Gempa Malang M 6,1: 8 Orang Meninggal, Puluhan Luka-luka, 85 Rumah Rusak Berat, dan Rusak 150 Fasilitas Umum

Kompas.com - 11/04/2021, 10:47 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa bumi bermagnitudo 6,1 yang mengguncang wilayah Malang dan sekitarnya pada Sabtu (10/4/2021) siang mengakibatkan setidaknya delapan orang meninggal dunia.

Bukan hanya korban jiwa, setidaknya puluhan orang lainnya juga mengalami luka-luka, dengan rincian 36 orang luka ringan dan 3 orang luka sedang hingga berat.

"Perkembangan terkini yang dicatat BNPB hingga Minggu (11/4), pukul 08.00 waktu setempat," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati, sebagaimana dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (11/4/2021) pagi.

Sementara itu, gempa yang tergolong merusak tersebut juga berdampak di sektor pemukiman di 15 kabupaten dan kota di wilayah Jawa Timur.

Baca juga: Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Dampak kerusakan

Total rumah rusak dengan kategori berbeda berjumlah 1.189 unit, dengan rincian rusak berat (RB) 85 unit, rusak sedang (RS) 250 dan rusak ringan (RR) 854.

"Kerusakan juga dialami fasilitas umum (fasum) dengan total kerusakan sejumlah 150 unit," kata Radit.

Dia melanjutkan, dilihat dari peta guncangan dengan skala MMI, Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar mengalami intensitas guncangan pada IV MMI.

BPBD Kabupaten Malang, kata Radit, melaporkan rumah RR 525 unit, RS 114, RB 57, sedangkan kerusakan di fasilitas pendidikan 14 unit, fasilitas kesehatan 8, tempat ibadah 26 dan jembatan 6 titik.

Baca juga: Berkaca dari Gempa di Rangkasbitung dan Jepara, Mengapa Indonesia Kerap Dilanda Gempa Bumi?

Penanganan darurat

Gempa M 5,5 guncang Malang, Minggu (11/4/2021) pukul 6.54 WIB. Gempa ini tidak berpotensi tsunami, tapi getaran dirasakan luas.BMKG Gempa M 5,5 guncang Malang, Minggu (11/4/2021) pukul 6.54 WIB. Gempa ini tidak berpotensi tsunami, tapi getaran dirasakan luas.

BPBD Kabupaten Blitar melaporkan kerusakan rumah RR 217 unit, RS 85 dan RB 10, sedangkan kerusakan fasum kantor 9 dan balai desa 3.

Tak hanya di dua kabupaten itu saja, sejumlah kerusakan lain juga dilaporkan oleh beberapa BPBD di Provinsi Jawa Timur.

Di antaranya seperti wilayah Kabupaten Lumajang, Pasuruan, Trenggalek, Probolinggo, Ponorogo, Jember, Tulunggagung, Nganjuk, Pacitan, sedangkan wilayah kota yaitu Blitar, Kediri, Malang dan Batu.

Baca juga: Gempa Malang, Analisis, dan Potensi Gempa Susulan...

Sejauh ini, penanganan darurat masih terus berlangsung di lapangan.

Radit menambahkan, BPBD Kabupaten dan Kota telah mendirikan pos komando (posko) untuk melakukan penanganan darurat secara efektif pascagempa.

"Posko ini membantu dalam pengelolaan pelayanan kepada warga terdampak, seperti dapur umum dan pengungsian. Salah satunya BPBD Kabupaten Lumajang yang mendirikan 2 tenda pengungsian. Lokasi pengungsian berada di Desa Kaliuling, Kecamatan Tempursari," ujar Radit.

Di samping itu, BPBD juga bekerja sama dengan Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk mengoperasionalkan dapur umum.

Baca juga: Menilik NYIA, Bandara Pertama yang Diklaim Tahan Gempa dan Tsunami

Monitoring dan koordinasi

Teras rumah warga di Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur roboh akibat gempa bumi yang berpusat di selatan Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021)Dok. Polres Blitar Teras rumah warga di Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar, Jawa Timur roboh akibat gempa bumi yang berpusat di selatan Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021)

Pelayanan permakanan ini melayani warga yang mengungsi di Ampelgading, Kabupaten Malang, dan Desa Kaliulung, Kabupaten Lumajang.

"BPBD Provinsi Jawa Timur telah mendorong logistik, beras, lauk pauk, makanan siap saji, makanan tambahan gizi, mie instan, sembako lain, selimut, terpal," jelas dia.

"Tak lupa BPBD juga mengirimkan masker kain dan hand sanitizer sebagai upaya pencegahan Covid-19. BPBD kabupaten dan kota pun mengerahkan sumber daya untuk penanganan darurat, termasuk logistik bantuan," imbuh Radit.

Pascagempa M 6,1, terangnya, hingga Minggu (11/4/2021) pagi, BNPB mendapat laporan dari BPBD mengenai gempa susulan sebanyak 8 kali dengan magnitudo berbeda.

BNPB terus memonitor dan melakukan koordinasi dengan BPBD di wilayah terdampak.

Baca juga: Penjelasan soal Potensi Gempa Megathrust dan Perlunya Mengakhiri Kepanikan...

Guncangan gempa terasa hingga Lombok, bagaimana bisa?

Diberitakan sebelumnya, guncangan gempa bumi Malang yang terjadi pada Sabtu (10/4/2021) siang tidak hanya dirasakan di Jawa Timur dan sekitarnya, tetapi juga di sejumlah wilayah seperti Yogyakarta hingga Bali dan Lombok.

Berdasarkan hasil analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa bumi Malang berkekuatan M 6,7 dan memiliki magnitudo terkoreksi, M 6,1.

Menurut ahli geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Gayatri Indah Marliyani, ada alasan mengapa guncangan gempa Malang dapat meluas hingga ratusan kilometer jauhnya.

Hal tersebut dikarenakan magnitudo dan kedalaman gempa bumi tersebut cukup besar, sehingga rambatan gelombang gempa bisa mencapai area yang luas.

"Melihat magnitudo gempa yang terjadi dan kedalaman gempa, kecil kemungkinan terjadinya gempa susulan dengan besaran yang signifikan," kata Gayatri dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Sabtu (10/4/2021).

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Mengenang Peristiwa Tsunami Aceh 2004

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Antisipasi Gempa Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com