Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Sebuah narasi beredar di media sosial Facebook mengklaim bahwa penderita asidosis laktat akan selalu positif Covid-19 saat dites menggunakan mesin PCR.
Narasi itu juga mengatakan hasil rapid test akan reaktif jika darah mengalami asidosis.
Dari konfirmasi tim Cek Fakta Kompas.com, informasi tersebut adalah tidak benar.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, asidosis laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari infeksi virus corona, bukan penyebab infeksi terdeteksi oleh mesin PCR.
Selain itu, Dicky mengatakan, teknik pemeriksaan RT-PCR adalah teknik yang sangat spesifik, yakni memeriksa keberadaan DNA virus SARS-CoV-2 dari sampel yang telah dimurnikan.
Diketahui, informasi tersebut diunggah oleh akun Facebook atas nama DrLois pada Jumat (9/4/2021).
Berikut narasi selengkapnya:
"PCR(+) pada asidosis laktat
Rapid test reaktif jika darah asidosis,"
Akun tersebut juga menyertakan gambar yang berisi narasi sebagai berikut:
"Jenis gangguan keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru.
Manusia bernapas menghirup oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida (CO2).
CO2 adalah zat yang bersifat asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar akan memengaruhi keseimbangan pH darah, sehingga dapat menimbulkan asidosis atau alkalosis,"
Untuk mengetahui kebenaran informasi tersebut, tim Cek Fakta Kompas.com menghubungi epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Dicky mengatakan, informasi yang beredar itu mengandung logika medis atau ilmiah yang tidak sinkron.
"Begini ya, asam laktat atau asidosis laktat ini diproduksi ketika kadar oksigen dalam darah rendah. Terutama dalam sel," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/4/2021).
Dicky mengatakan, pada kasus Covid-19 memang cenderung terjadi asidosis laktat.
Hal ini disebabkan oleh sifat dari virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang "rakus" oksigen dalam tubuh manusia.
Dicky meluruskan, asidosis laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari infeksi virus corona, bukan penyebab infeksi terdeteksi oleh mesin PCR.
"Jadi bukan PCR-nya positif karena asidosis laktat, tidak, karena memang si PCR ini tidak mendeteksi asidosis laktat," kata Dicky.
Selain itu, Dicky mengatakan, teknik pemeriksaan RT-PCR adalah teknik yang sangat spesifik.
"Secara sederhananya, sampel yang diambil dari tubuh itu, yang diduga ada virusnya itu, nanti diberikan semacam larutan kimia yang akan menghilangkan protein, lemak, sehingga yang tersisa hanya RNA," kata Dicky.
"RNA ini kode genetik. Kemudian, si RNA ini diterjemahkan lagi ke bentuk DNA dengan enzim yang spesifik. Jadi enggak ada asam laktat begitu," katanya melanjutkan.
Dicky mengatakan, mesin PCR akan memeriksa apakah dalam sampel yang diambil terdapat DNA dari virus SARS-CoV-2.
"Kalau virus itu ada di sampelnya. Nah nanti DNA virus ini akan terdeteksi di mesin ini, mesin PCR," kata Dicky.
Dengan demikian, Dicky mengatakan bahwa informasi yang beredar itu adalah tidak benar alias hoaks.
"Jadi ini hoax," pungkas Dicky.
Dari konfirmasi tim Cek Fakta Kompas.com, narasi yang mengklaim bahwa asidosis laktat menyebabkan mesin PCR mengeluarkan hasil positif Covid-19 adalah tidak benar alias hoaks.
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, asidosis laktat adalah salah satu efek yang ditimbulkan dari infeksi virus corona, bukan penyebab infeksi terdeteksi oleh mesin PCR.
Selain itu, Dicky mengatakan, teknik pemeriksaan RT-PCR adalah teknik yang sangat spesifik, yakni memeriksa keberadaan DNA virus SARS-CoV-2 dari sampel yang telah dimurnikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.