Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 03/04/2021, 20:31 WIB

KOMPAS.com - Aksi terorisme belum lama ini kembali terjadi di Indonesia, kali ini menyasar Katedral Makassar dan Mabes Polri, Jakarta.

Dari tiga pelaku, dua di antaranya berjenis kelamin perempuan.

Peneliti hukum dan HAM LP3ES sekaligus dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang Milda Istiqomah mengatakan, ada peningkatan tren aksi teror yang melibatkan perempuan dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Zakiah Aini, Lone Wolf, dan Mengapa Aksi Teror Terus Bermunculan?

Dalam kurun waktu sepuluh tahun (2001-2020), jumlah tahanan perempuan terkait aksi terorisme di seluruh Indonesia mencapai 39 orang.

Meski hanya 10 persen dari jumlah laki-laki, Milda memperingatkan bahwa keterlibatan perempuan itu bisa menjadi warning bagi Indonesia.

"Dalam dua tahun terakhir, di 2018 itu ada 13 orang perempuan yang terlibat dalam aksi terorisme di Indonesia," kata Milda dalam diskusi virtual tentang Terorisme, HAM, dan Arah Kebijakan Negara yang diadakan oleh LP3ES, Jumat (2/4/2021).

"Setahun berikutnya, ada peningkatan 15 orang. Sayangnya pada 2020 belum mendapat laporan dari BNPT," sambungnya.

Baca juga: Penyerangan Mabes Polri dan Alasan di Balik Munculnya Aksi Teror...

Pergeseran peran

Tak hanya itu, Milda juga mencatat adanya pergeseran peran perempuan dalam aksi terorisme di Indonesia selama 20 tahun terakhir.

Pada kurun waktu 15 tahun (2001-2015), peran perempuan dalam aksi terorisme lebih pada invisble rules atau di belakang layar.

Misalnya, mereka bertugas sebagai operasional fasilitator, pembawa pesan, dan perekrutan.

"Perempuan-perempuan dalam kategori ini mereka tidak hanya berfungsi sebagai perekrutan, tapi juga sebagai alat propaganda, karena mereka memang berada di bawah radar," jelas dia.

Baca juga: Soal Penusukan Wiranto, Ini Rentetan Jejak ISIS di Indonesia

"Pada saat itu, yang lebih banyak mengambil peran dalam perang jihad itu laki-laki, perempuan-perempuan ini luput dari pengawasan. Jadi memang dari 2001-2015 peran-peran mereka tidak terlihat," sambungnya.

Peran perempuan yang tak kalah pentingnya saat itu adalah ideological supporter.

Ia menjelaskan, perempuan-perempuan ini meregenerasi ideologi jihad kepada anak-anaknya.

Baca juga: Pelaku Penusuk Wiranto Terpapar ISIS, BNPT: Mereka Masih Eksis

Mereka yang masuk ke dalam kategori keluarga ini tidak mengizinkan anak-anaknya untuk sekolah di tempat lain, tetapi memiliki institusi dan pengajian sendiri.

"Materi-materi yang dikenal materi jihad itu justru berasal dari ibu mereka sendiri," ujarnya.

Baru pada 5-6 tahun terakhir, peran perempuan mulai bergeser menjadi visible rules, seperti pengeboman di Makassar dan Surabaya.

"Kalau sebelumnya melihat mereka lebih pada ideological supporter dan sebagainya, maka sekarang kita melihat bahwa perempuan turut andil dalam aksi mereka," kata Milda.

Baca juga: Pro Kontra dan Dampak di Balik Rencana Pemulangan Ratusan WNI Eks ISIS...

Motivasi

Untuk mengetahui alasan di balik keputusan perempuan-perempuan tersebut bergabung dalam aksi terorisme, Milda menyontohkan black widow di Rusia usai kejadian Moscow Theater Hostage 2002.

Saat itu, banyak perempuan melakukan aksi bom bunuh diri setelah menjadi korban pemerkosaan tentara dan pelecehan seksual.

Artinya, Milda menyoroti kurangnya perhatian dalam mengungkap alasan mereka bergabung dengan jaringan terorisme di Indonesia, selain konteks jihad.

Baca juga: Mengapa Aksi Teror Sering Ditujukan ke Polisi?

Dalam hal ini konteks perempuan tersubordinasi juga patut untuk dijadikan sebagai elemen penting untuk mengetahui motivasi perempuan dalam terorisme.

"Kalau kita melihat tren yang ada di internasional, salah satu penyebab perempuan gabung jadi teroris itu karena ada perasaan-perasaan yang terpinggirkan, diskriminasi, tidak mendapat keadilan," kata dia.

"Itu harus kita pikirkan bersama, jika tidak apa yang terjadi di konteks global juga akan terjadi di Indonesia," sambungnya.

Baca juga: Ramai soal Bom Bunuh Diri di Medan, Ini Rentetan Aksi Teror dengan Target Polisi

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Visi Misi Capres-Cawapres Bidang Pemberantasan Terorisme

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+