Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Hentikan Angkara Murka Bom Bunuh Diri

Kompas.com - 29/03/2021, 12:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA pribadi bukan korban bom bunuh diri namun lubuk sanubari saya ikut terkoyak-koyak pada saat berbelarasa terhadap para sanak-keluarga yang menjadi korban luka apalagi korban nyawa akibat bom bunuh diri.

Kekerasan merupakan angkara murka. Apalagi kekerasan dalam bentuk pembunuhan sesama manusia.

Apalagi bom bunuh diri yang bahkan dilakukan tanpa kebencian terhadap para korban yang malah sama sekali tidak dikenal oleh pelaku bom bunuh diri.

Apalagi bom bunuh diri yang diledakkan di rumah ibadah jelas tidak dibenarkan oleh agama apa pun.

Perilaku meledakkan bom bunuh diri dengan alasan agama jelas tidak dapat dibenarkan oleh agama.

Bom bunuh diri juga tidak dapat dibenarkan secara hukum, etika, moral serta hak asasi manusia.

Sanak keluarga

Bom bunuh diri mustahil dibenarkan oleh sanak keluarga yang ditinggalkan oleh para korban mau pun pelaku bom bunuh diri.

Tidak ada insan manusia yang ikhlas sanak-keluarganya menjadi korban angkara murka bom bunuh diri.

Apabila alasan bom bunuh diri adalah menuntut keadilan, silakan tuntut keadilan ke lembaga pengadilan dan peradilan di Indonesia sebagai negara hukum.

Apabila kesulitan menempuh proses pengadilan dan peradilan silakan hubungi para pejuang keadilan di Lembaga Bantuan Hukum yang siap membantu para warga Indonesia memperoleh keadilan.

Makin nahas bahwa para pelaku bom bunuh diri lazimnya tidak atas kehendak diri sendiri namun atas kehendak pihak tertentu yang menghendaki bom bunuh diri sebagai alat memperoleh keadilan atau bahkan hanya untuk merebut kekuasaan.

Lazimnya pihak tertentu yang menghendaki bom bunuh diri tidak ingin melakukannya sendiri namun mempengaruhi orang lain dengan iming-iming serba surgawi untuk melakukan angkara murka bom bunuh diri.

Jelas bahwa perilaku mempengaruhi orang lain melakukan perilaku yang dirinya sendiri tidak berani melakukannya bukan merupakan perilaku terpuji.

Permohonan

Maka dengan penuh kerendahan hati saya memohon sesama manusia dan sesama warga Indonesia yang setuju perilaku bom bunuh diri berkenan sejenak berbelarasa terhadap sesama manusia dan sesama warga Indonesia yang kebetulan sanak-keluarga korban luka dan/atau nyawa akibat bom bunuh diri.

Insya Allah, atas belarasa tersebut mereka yang setuju bom bunuh diri berkenan menaklukkan hawa nafsu diri sendiri masing-masing demi menghentikan angkara murka bom bunuh diri yang jelas tidak sesuai dengan makna adiluhur yang terkandung pada Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab serta tidak sesuai kearifan ajaran kasih sayang agama yang memuliakan Yang Maha Kasih.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Tren
Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Tren
Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com