Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malam Ini Earth Hour, Matikan Lampu Selama Satu Jam, Begini Sejarahnya

Kompas.com - 27/03/2021, 20:14 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setiap tahun, jutaan orang di berbagai negara memadamkan lampu mulai pukul 20.30 hingga 21.30 pada hari Sabtu terakhir di bulan Maret.

Tradisi tahunan itu diberi nama 'Earth Hour', yang bertujuan untuk mengampanyekan dampak perubahan iklim serta pentingnya mengembangkan energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Tahun ini, Earth Hour kembali diperingati pada 27 Maret 2021 dengan tema 'Unity in Biodiversity' atau Persatuan dalam Keanekaragaman Hayati.

Baca juga: Malam Ini, Earth Hour ke-13 dilakukan 60 menit Non-stop Secara Daring

Isu utama Earth Hour

Selain aksi simbolis memadamkan lampu selama satu jam, pelaksanaan Earth Hour 2021 juga akan berfokus pada empat isu utama, yaitu:

  1. Membangun kolaborasi untuk kampanye mengurangi sampah plastik di lautan
  2. Mempromosikan kampanye hemat energi serta energi baru terbarukan
  3. Menginisiasi komitmen anak muda untuk program pembangunan kesadaran konsumen akan pola konsumsi yang berkelanjutan
  4. Menggerakkan kampanye pembangunan kesadaran terkait keanekaragaman hayati di seluruh Indonesia

Baca juga: Peringatan Earth Hour, 4 Sumber Energi Ini Juga Bisa Selamatkan Bumi

Sejarah Earh Hour

Mengutip Business Today, Earth Hour diinisiasi oleh WWF dan sejumlah organisasi lain di Sydney, Australia pada tahun 2007 lalu.

Pada waktu itu, para inisiator gerakan ini berhasil mengajak 2,2 juta orang untuk memadamkan lampu selama satu jam, sebagai bentuk dukungan untuk melawan perubahan iklim.

Seiring berjalannya waktu, Earth Hour mulai diterima sebagai sebuah gerakan global yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat di seluruh dunia.

Ikon-ikon negara dari seluruh dunia juga turut berpartisipasi dalam gerakan ini, termasuk Menara Eiffel di Perancis, Jam Besar Big Ben di Inggris, Gedung Opera Sydney di Australia, dan Empire State Building di Amerika Serikat.

"Earth Hour adalah gerakan terbuka dan kami menyambut siapa saja yang ingin ambil bagian dalam upaya mempersatukan umat manusia untuk melindungi planet kita," tulis pernyataan di laman Earth Hour.

Baca juga: Peringatan “Earth Hour”, Lampu 3 JPO Instagramable di Jakarta Dipadamkan

Earth Hour di Indonesia

Mengutip Kompas.com, Sabtu (27/3/2021) yayasan World Wild Fund (WWF) Indonesia beserta komunitas Earth Hour di 30 kota mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu dan melindungi masa depan keanekaragaman hayati.

CEO WWF Indonesia, Dicky Simorangkir mengatakan, dunia saat ini tengah menghadapi masa krusial, yakni mencoba memulihkan diri dari dampak pandemi Covid-19.

"Maka dari itulah kita perlu menempatkan alam sebagai solusi utama bagi upaya pemulihan kehidupan didunia untuk memastikan masa depan ekonomi dan masyarakat kita," kata Dicky, dalam konferensi pers pada Kamis, (25/3/2021).

Dicky mengungkapkan, manusia sangat membutuhkan alam untuk keberlangsungan hidupnya, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, perlu tindakan nyata untuk menyelamatkan bumi beserta seluruh ekosistemnya, yang kemudian mendorong lahirnya gerakan Earth Hour di seluruh dunia.

Baca juga: Cara Merekam Video Call WhatsApp di Android dan iPhone

128 kota, dari Sabang ke Marauke

Di Indonesia, gerakan Earth Hour mulai diinisiasi oleh yayasan WWF Indonesia pada tahun 2009.

Pelaksanaan Earth Hour di Tanah Air telah mendapat dukungan dari mitra yang tersebar di 128 kota, dan digerakkan oleh 2.000 relawan muda di 33 kota, serta didukung oleh 2 juta warganet melalui aktivitas digital.

Pada tahun 2019, Earth Hour resmi menjadi komunitas yang tersebar di 33 kota, mulai dari Sabang hingga Merauke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com