KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan melakukan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) pada jenjang sekolah menengah mulai 5 April 2021 mendatang.
Rencananya uji coba dilaksanakan di 35 kabupaten atau kota di Jawa Tengah dan berjalan selama 2 minggu, dari 5-16 April.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah Hari Muljanto menjelaskan, uji coba ini sebagai respons Pemprov Jawa Tengah terhadap aturan Pemerintah yang memperbolehkan PTM sejak Januari.
"Kementerian (Pendidikan dan Kebudayaan) kan sejak 2021 awal memperbolehkan sekolah-sekolah untuk buka, tetapi Pak Gubernur melihat tingkat penularan Covid-19 di Jawa Tengah masih tinggi, waktu Januari, maka dikeluarkan surat edaran gubernur mengenai penundaan PTM pada semua jenjang pendidikan," kata Hari kepada Kompas.com, Rabu (24/3/2021).
Baca juga: Sekolah Tatap Muka di Jateng Mulai 5 April, Ini Jadwal dan Ketentuannya
Keputusan untuk melakukan uji coba PTM pada April ini dilakukan atas dasar kondisi pandemi di Jawa Tengah yang sudah mulai menurun.
Menanggapi rencana pembelajaran tatap muka ini, epidemilog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman memberi catatan terkait pentingnya protokol kesehatan untuk kegiatan belajar tatap muka.
Menurut pria yang juga peneliti global health security dan pandemi, bahwa anak-anak memiliki gejala ringan dan tidak spesifik terhadap virus corona.
"Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak dan remaja yang mengidap Covid-19 lebih sering asimtomatik, tidak pernah menunjukkan gejala, atau memiliki gejala ringan dan tidak spesifik," kata Dicky, kepada Kompas.com, Selasa (23/3/2021).
Baca juga: Belajar Tatap Muka di Jateng Bakal Digelar 5 April, Ganjar: Semua Guru Wajib Vaksin
Dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka mendatang, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti gejala Covid-19 pada anak-anak.
Siswa, guru atau staf sekolah yang menunjukkan gejala tidak boleh datang ke sekolah. Gejala tersebut meliputi:
Baca juga: 63 Sekolah di Zona Hijau Covid-19 di Sragen Gelar PTM April 2021
Dicky menyampaikan hal-hal yang perlu dilakukan saat penerapan PTM, meliputi:
Adapun untuk kegiatan belajar yang membutuhkan peningkatan pernafasan, seperti bernyanyi, berteriak, band atau olahraga maka wajib dilakukan di luar ruangan. Atau minimal di ruang yang luas dengan ventilasi yang baik.
Baca juga: AstraZeneca Klaim Vaksinnya 79 Persen Efektif Cegah Corona, AS: Datanya Kedaluwarsa
Dicky juga menambahkan bahwa penting bagi guru dan staf mengurangi interaksi yang tidak penting.
"Hilangkan atau kurangi interaksi tatap muka yang tidak penting antara guru dan staf sekolah selama rapat, makan siang, dan situasi lain yang dapat menyebabkan peularan," jelas Dicky.
Sementara itu Dicky menyebut, jika penularan terjadi di sekolah, maka kasusnya cenderung terjadi di antara orang dewasa
"Ketika wabah terjadi di lingkungan sekolah, maka cenderung terjadi peningkatan penularan di antara guru dan staf sekolah dibanding di antara siswa," ujar Dicky.
Kluster sekolah terjadi karena strategi pencegahan tidak ditaati. Seperti tidak mengenakan masker dengan baik dan benar, serta ruang kelas yang terlalu padat.
"Sekolah harus menjadi tempat terakhir yang ditutup setelah semua tindakan pencegahan lain di masyarakat dilakukan, dan yang pertama dibuka kembali ketika situasi memungkinkan dilakukan dengan aman," imbuh Dicky.
Baca juga: Kuliah di Universitas Terbuka, Simak Cara Daftar dan Biayanya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.