Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Agung Meletus 17 Maret 1963, Ribuan Orang Tewas

Kompas.com - 17/03/2021, 07:44 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Gunung Agung di Pulau Bali mengalami letusan eksplosif pada 17 Maret 1963 atau tepatnya 58 tahun yang lalu.

Sekitar 1.600 orang dilaporkan meninggal dunia akibat letusan tersebut, sejumlah sumber lain menyebut korban mencapai lebih dari 2.000 orang. 

Dikutip dari Express, (29/6/2018), letusan sudah dimulai sejak 18 Februari 1963, setelah 2 hari gempa dengan lava pijar dan abu keluar dari gunung.

Aliran lahar muncul dimulai 19 Februari dan tidak berhenti hingga 26 hari. Namun yang terjadi selanjutnya adalah letusan eksplosif pada 17 Maret. 

Letusan eksplosif pada 17 Maret menghasilkan kolom letusan besar yang diperkirakan mencapai ketinggian 19-26 kilometer.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gunung Agung Meletus, Tewaskan 1.600 Orang

Gas panas

Letusan berlangsung selama 7 jam dan menghasilkan arus kepadatan piroklastik mematikan atau pyroclastic density currents (PDCs). PDCs yaitu arus gas panas dan materi vulkanik yang bergerak cepat.

Lahar dingin dan panas (aliran puing-puing yang terdiri dari bahan piroklastik) dengan cepat terbentuk dalam hujan deras yang mengikuti letusan ini.

Hal itu telah menghancurkan desa-desa dan konstruksi di lereng selatan Agung hingga mencapai pantai.

Dilansir Straitstimes, 27 November 2017, akibat dari ledakan itu, sekitar 1.600 orang tewas, puluhan desa hancur, dan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Pada 1963 gunung itu meletus sebanyak 3 kali setelah tidak aktif selama 120 tahun.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Soeharto Ditunjuk sebagai Presiden RI

Dampak letusan

Erupsi Gunung Agung terlihat dari salah satu Pura di Kubu, Karangasem, Bali, 26 November 2017. Gunung Agung terus menyemburkan asap dan abu vulkanik dengan ketinggian yang terus meningkat, mencapai ketinggian 3.000 meter dari puncak. Letusan juga disertai dentuman yang terdengar sampai radius 12 kilometer.AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA Erupsi Gunung Agung terlihat dari salah satu Pura di Kubu, Karangasem, Bali, 26 November 2017. Gunung Agung terus menyemburkan asap dan abu vulkanik dengan ketinggian yang terus meningkat, mencapai ketinggian 3.000 meter dari puncak. Letusan juga disertai dentuman yang terdengar sampai radius 12 kilometer.

Gunung berapi itu melemparkan puing-puing setinggi 10 km di udara, menghancurkan puluhan desa dalam radius sekitar 7 km.

Lava mengalir menuruni lereng gunung berapi selama beberapa hari setelah itu. Penduduk dati tiga desa di lereng gunung yang lebih rendah menjadi yang paling terdampak. 

Banyak dari mereka yang selamat dirawat di rumah sakit karena luka bakar akibat abu panas gunung berapi dan batu yang jatuh.

Diberitakan Express, 29 Juni 2018, dampak letusan 1963 tidak hanya korban jiwa, tapi juga iklim. Dampaknya dirasakan hingga ke seluruh Indonesia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Hebat Gunung Tambora yang Mengubah Dunia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com